Wednesday 31 October 2012

Hanya Beberapa Lembar Uang Terimakasih



Ada-ada saja memang kalau menyangkut anak tersayang. Seperti yang tengah menimpa Teteh (kakak:Sunda). Pasalnya, Teteh sedang kebingungan dengan tugas mengarang anaknya yang masih kelas tiga SD. Dia sampai menelpon khusus pada saya tengah malam buta. Menanyakan ini itu mengenai tugas mengarang anaknya.
Sebenarnya hanya kata sepele yang menjadi tugas mengarang untuk anaknya itu. Yakni kata Korupsi.
“ Lalu apa masalahnya ? “ Tanya saya.
“ Teteh bingung mau menerangkannya bagaimana. Lagian sebenarnya korupsi itu apa sih. Yang teteh tahu hanya koruptor seperti Gayus Tambunan, Angelina Sondakh dan Nazarudin.. memang Korupsi sama artinya dengan Koruptor ? “
Hahaha… saya jadi tertawa mendengarnya. Konsentrasi saya jadi buyar mendengar pengakuan lugunya. Teteh memang hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang kesehariannya dihabiskan dirumah. Mengurus rumah tangga dan tenggelam bersama siaran infotainment atau sinetron televisi.
Wajar saja kalau kebingungan mendiskripsikan arti kata Korupsi secara ilmiah. Teteh tentu tak mau terlihat konyol di depan sesama orang tua murid di sekolah, bila mengajari anaknya mengarang dengan seadanya. Maklum Teteh termasuk kelompok ibu pengantar anak sekolah yang aktif. Seringkali terlibat diskusi sesama anggota kelompok mengenai pelajaran sekolah anak-anak mereka. Teteh harus terlihat menjadi trend setter diantara ibu-ibu itu. Hehehe.. dasar…
Paginya, mau tak mau saya berkunjung ke rumah Teteh. Mumpung hari Minggu, sekalian silaturahmi dan mencari makan siang gratisan. Membawa setumpuk data dari beberapa sumber di internet seperti Wilkipedia dan situs-situs lain. Tentu data yang menyangkut sebuah kata, yaitu Korupsi.
Akhirnya saya memberi kuliah pagi untuknya. Sambil menemaninya memasak di dapur. Sang empunya tugas, yakni keponakanku, Larasati. Duduk manis di meja makan. Menanti setiap kata yang meluncur dari mulut saya sambil memegang pulpen dan kertas. Sayapu mulai bercerita :
“ Korupsi  berasal dari bahasa latin corruptio atau corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara lebih lugas lagi, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negara, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. “
“ Ah Teteh belum mengerti “ Teteh menyela.
“ Kalau dari sudut pandang hukum, secara garis besar korupsi meliputi: penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara “
“ Bahasa kau tuh terlalu tinggi.. Teteh tambah tidak mengerti “. Teteh kembali protes. Saya pun jadi garuk-garuk kepala. Mencari cara untuk menjelaskan padanya dengan persepsi dia yang terlalu sederhana.
“ Pokoknya Korupsi itu tak ubahnya pencuri, Cuma penghalusan makna saja. Kata Amin Rais (1993), dalam sebuah makalah berjudul “Suksesi sebagai suatu Keharusan”,  Korupsi itu dibedakan menjadi :
1.      Korupsi ekstortif (extortive corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada situasi di mana seseorang terpaksa menyogok agar dapat memperoleh sesuatu atau mendapatkan proteksi atas hak dan kebutuhannya. Misalnya, seorang pengusaha dengan sengaja memberikan sogokan pada pejabat tertentu agar bisa mendapat ijin usaha.
2.    Korupsi manipulatif (manipulative corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada usaha kotor seseorang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan atau keputusan pemerintah dalam rangka memperoleh keuntungan setinggi-tingginya. Misalnya pemberian uang kepada bupati, gubernur, menteri dan sebagainya agar peraturan yang dibuat dapat menguntungkan pihak tertentu yang memberikan uang tersebut.
3.     Korupsi nepotistik (nepotistic corruption), yaitu perlakuan istimewa yang diberikan pada keluarga : anak-anak, keponakan atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon. Dengan perlakuan istimewa itu para anak, menantu, keponakan dan istri sang pejabat juga mendapatkan keuntungan.
4.     Korupsi subversif (subversive cossuption), yaitu berupa pencurian terhadap kekayaan negara yang dilakukan oleh para pejabat negara dengan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya “
“ Contoh yang paling sederhana apa ?” Teteh terlihat kian mumet dengan penjelasan saya “
“ Waktu Teteh bikin SIM tempo hari yang gak ikutan test tapi dapet SIM karena membayar, itu salah satu bentuk korupsi juga..”
“ Ih.. mamah curang.... “ Larasati menggoda ibunya.
“ Atau waktu Dumai ikut UAN SD kemarin, Teteh bersama ibu-ibu lain sibuk membawa buah tangan dan diberikan pada guru pengawas ujian. Itu juga salah satu percobaan penyogokkan. Dan itu termasuk korupsi “
“ Sampai sejauh itu Dek ? “ Teteh menghela nafas panjang.
“ Ya seperti itulah. Jadi Korupsi itu bukan hanya sebatas mencuri uang rakyat saja seperti yang dilakukan Gayus Tambunan atau Nazarudin. Tapi kebiasaan-kebiasaan kecil seperti yang Teteh lakukan kemarin juga termasuk cikal bakal Korupsi “
“ Tapi kan Teteh hanya menitipkan Dumai pada guru pengawasnya, biar ujian dia sukses. Lagian yang diberikan pada pengawasnya hanya penganan kecil saja. Tidak seberapa. Begitu juga waktu mengurus SIM kemarin. Hanya beberapa lembar uang terima kasih..”
“ Yah.. kebiasaan-kebiasaan itulah yang telanjur menjadi budaya di kalangan kita. Bayangkan kalau ada seribu orang yang seperti Teteh. Orang yang menerimanya kan bakal jadi kaya raya secara mendadak. Betul tidak ? “
“ Iya juga ya.. “
“ Budaya seperti itu yang nantinya akan merusak generasi bangsa. Mereka terbiasa dengan hal yang dianggap wajar. Anak-anak kita selanjutnya akan menjadi sosok yang tidak punya hati nurani terhadap sesamanya. Bila sudah begitu, anak-anak kita akan mudah melakukan Korupsi. Seperti kata seorang psikolog Jack Bologne. Bahwa penyebab korupsi itu adalah GONE :
1.      Greed : Serakah. Selalu kurang. Tidak puas dengan apa yang dimiliki. Selalu ingin memiliki yang lebih banyak,lebih baik dengan cara apapun
2.      Opportunity : Adanya peluang karena suatu system yang buruk
3.      Need : Adanya suatu kebutuhan dari si pelaku karena sikap hedonis dan terlalu konsumtif.
4.      Exposes : Hukuman yang rendah bagi sang pelaku korupsi. Bahkan lebih rendah dari maling ayam misalnya. “
“ Kalau Agama bisa mencegah tidak ? “
“ Tentu bisa. Korupsi kan memang diharamkan dalam agama. Tapi kan banyak juga pemuka agama yang korupsi. Kalau menurut saya sih, kuncinya disamping agama tentu harus dimulai dari kebiasaan kecil dirumah. Biar karakter si anak terbentuk sejak dini. Misalnya bersikap jujur tentang apapun. Teteh jangan mudah marah kalau Laras dan Dumai berbuat salah dan bercerita jujur pada Teteh. Beri mereka penghargaan tentang kejujurannya. Tapi jangan lupa beri hukuman pula atas kesalahannya “
“ Contohnya ? “
“ Ih Teteh masa gak tahu… Kalau mengerjakan Pe-er, biarkan mereka sendiri yang mengerjakannya. Teteh hanya mengarahkan saja. Jangan royal memberi hadiah pada gurunya saat akan ujian atau kenaikan kelas. Biarkan berjalan seperti apa adanya. Kalau mereka ngompol di kasur, biarkan mereka jujur melapor pada Teteh. Lalu menghukum mereka dengan cara memnyuruh mereka menjemur kasur dan mencuci sprei dan selimut.. “
“ Ah ribet amat… pasti malah jadi panjang urusannya..”
“ Itulah gunanya orang tua Teh… Mendidik anak menjadi seorang yang jujur dan baik memang ribet dan rumit. Tak bisa instant dan menyerahkan sepenuhnya pada guru mereka di sekolah. Yang ribet itu lama-lama akan menjadi biasa kok. Percayalah”
“ Wah kamu.. kayak yang sudah punya anak saja !. Sepertinya hal demikan tak akan berpengaruh pada bangsa dan negara “
“ Eits jangan salah. Siapa tahu Dumai atau Larasati nantinya jadi anggota DPR, Menteri atau Presiden. Kebiasaan sederhana yang Teteh ajarkan, akan menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk mereka. Semua hal yang besar selalu berawal dari hal yang kecil dan sederhana. Contohnya tugas mengarang Larasati ini. Membuat bingung Teteh kan ? “
“ Hmm… “
“ Pendidikan yang terbaik, semua berawal dari pendidikan keluarga yang baik. Bila ingin tak terjadi korupsi di negara ini, maka mulailah pendidikan positif tentang Stop Korupsi dari keluarga ini. Setuju kan Teh ?”

No comments:

Post a Comment