Monday 29 October 2012

KONSULTAN MIMPI SEDERHANA


Berawal dari keinginan kakak saya yang baru menikah untuk secepatnya punya rumah sendiri. Dia sudah bosan menjadi ‘kontraktor’ yang setiap tahun harus menyediakan dana segar untuk memperpanjang kontrak. Padahal waktu serasa berjalan begitu cepat. Tahu-tahu sudah akhir tahun, sedangkan dana segar belum tersedia. Maklum, kakak saya hanya seorang tukang ojek dan istrinya pedagang kios nasi kuning di pasar.
Saya kemudian iseng membuatkannya sebuah desain rumah sederhana. Mencetaknya dan memberikan padanya. Saya bilang,
“Gambar ini mesti kakak gantung di kamar tidur. Letaknya harus persis berseberangan dengan kepala tempat tidur. Supaya ketika akan tidur atau bangun tidur, kakak langsung melihatnya “

Singkat kata, kakak saya dan istrinya menuruti saran saya. Bahkan menaruh gambar rumah itu sebagai wall paper di ponsel mereka.
Hasilnya sungguh diluar. Mereka mengaku setiap malam selalu mimpi tentang rumah itu. Semangatnya untuk memiliki rumah kian berkobar. Namun efeknya kembali ke saya. Mereka minta advis selanjutnya supaya mimpi mereka menjadi kenyataan.
Akhirnya, mau tak mau saya menyusun sebuah planning sederhana untuk mereka. Membagi desain rumah menjadi pembangunan beberapa tahap. Juga alternatif beberapa pembiayaan pembangunan. Salah satunya alternatif pembiayaan melalui bank.

Sangat sulit memberikan pokok-pokok pemahaman pada orang awam tentang mekanisme pembiayaan yang mengatasnamakan sebuah bank. Untuk orang yang terlampau lugu dan sederhana seperti kakak saya, mereka telanjur terstigma negatif pada kata bank. Padahal ada beragam keuntungan jika kita sebagai nasabah berlaku jujur dan taat.
Sedikit demi sedikit stigma positif saya tanamkan dalam benak mereka. Sampai akhirnya kakak saya bertemu seseorang yang mengaku dari Bank Mandiri menghampiri kios nasi kuning milik mereka, di Pasar Tanjungsari, Sumedang.
  
Gayung pun bersambut. Semua saran saya, klop dengan penjelasan dari petugas Bank Mandiri. Mereka kian semangat, untuk meraih impian sederhana mereka lewat bantuan pembiayaan dari bank itu.
Hanya dibutuhkan waktu sepuluh hari untuk membiayai impian tahap pertamanya cair. Selama lima hari setiap minggunya, mereka diharuskan mencicil dengan cicilan yang ringan. Yah cukup terjangkau untuk penghasilan mereka sebagai wong cilik.
Kini pembangunan tahap pertama rumah sederhana mereka sudah selesai. Waktupun tak terasa terus berjalan. Hanya butuh empat bulan lagi bagi mereka untuk kembali mengajukan pinjaman. Agar pembangunan istana mungilnya memasuki tahap kedua.
Saya pun bernafas lega. Menyenangkan sekali menjadi saksi sebuah mimpi sederhana itu terwujud secara perlahan. Meski semuanya harus diperjuangkan dengan keras.

Saya jadi berfikir, bagaimana kalau pusat informasi yang benar dan jelas tentang sebuah Bank berada juga dikampung-kampung yang menjadi pusat ekonomi skala kecil.
Lebih tepatnya mungkin sebuah tempat konsultasi Sebuah Mimpi. Tidak  melulu soal Bank. Tapi bisa mencakup semua aspek dan tahapan-tahapan sederhana tentang mewujudkan sebuah mimpi menjadi kenyataan. Seperti yang telah saya lakukan pada Keluhan kakak saya, menjadi sebuah mimpi untuknya. Dan kemudian menjadikan mimpi itu menjadi sebuah kenyataan.
Terima kasih Bank Mandiri. Selamat datang di dunia mimpi sederhana orang-orang yang punya semangat tinggi.

·                     "Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya pribadi dan bukan merupakan jiplakan.“

No comments:

Post a Comment