Wednesday 31 October 2012

Hanya Beberapa Lembar Uang Terimakasih



Ada-ada saja memang kalau menyangkut anak tersayang. Seperti yang tengah menimpa Teteh (kakak:Sunda). Pasalnya, Teteh sedang kebingungan dengan tugas mengarang anaknya yang masih kelas tiga SD. Dia sampai menelpon khusus pada saya tengah malam buta. Menanyakan ini itu mengenai tugas mengarang anaknya.
Sebenarnya hanya kata sepele yang menjadi tugas mengarang untuk anaknya itu. Yakni kata Korupsi.
“ Lalu apa masalahnya ? “ Tanya saya.
“ Teteh bingung mau menerangkannya bagaimana. Lagian sebenarnya korupsi itu apa sih. Yang teteh tahu hanya koruptor seperti Gayus Tambunan, Angelina Sondakh dan Nazarudin.. memang Korupsi sama artinya dengan Koruptor ? “
Hahaha… saya jadi tertawa mendengarnya. Konsentrasi saya jadi buyar mendengar pengakuan lugunya. Teteh memang hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang kesehariannya dihabiskan dirumah. Mengurus rumah tangga dan tenggelam bersama siaran infotainment atau sinetron televisi.
Wajar saja kalau kebingungan mendiskripsikan arti kata Korupsi secara ilmiah. Teteh tentu tak mau terlihat konyol di depan sesama orang tua murid di sekolah, bila mengajari anaknya mengarang dengan seadanya. Maklum Teteh termasuk kelompok ibu pengantar anak sekolah yang aktif. Seringkali terlibat diskusi sesama anggota kelompok mengenai pelajaran sekolah anak-anak mereka. Teteh harus terlihat menjadi trend setter diantara ibu-ibu itu. Hehehe.. dasar…
Paginya, mau tak mau saya berkunjung ke rumah Teteh. Mumpung hari Minggu, sekalian silaturahmi dan mencari makan siang gratisan. Membawa setumpuk data dari beberapa sumber di internet seperti Wilkipedia dan situs-situs lain. Tentu data yang menyangkut sebuah kata, yaitu Korupsi.
Akhirnya saya memberi kuliah pagi untuknya. Sambil menemaninya memasak di dapur. Sang empunya tugas, yakni keponakanku, Larasati. Duduk manis di meja makan. Menanti setiap kata yang meluncur dari mulut saya sambil memegang pulpen dan kertas. Sayapu mulai bercerita :
“ Korupsi  berasal dari bahasa latin corruptio atau corrumpere yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara lebih lugas lagi, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negara, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. “
“ Ah Teteh belum mengerti “ Teteh menyela.
“ Kalau dari sudut pandang hukum, secara garis besar korupsi meliputi: penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi; merugikan keuangan negara atau perekonomian negara “
“ Bahasa kau tuh terlalu tinggi.. Teteh tambah tidak mengerti “. Teteh kembali protes. Saya pun jadi garuk-garuk kepala. Mencari cara untuk menjelaskan padanya dengan persepsi dia yang terlalu sederhana.
“ Pokoknya Korupsi itu tak ubahnya pencuri, Cuma penghalusan makna saja. Kata Amin Rais (1993), dalam sebuah makalah berjudul “Suksesi sebagai suatu Keharusan”,  Korupsi itu dibedakan menjadi :
1.      Korupsi ekstortif (extortive corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada situasi di mana seseorang terpaksa menyogok agar dapat memperoleh sesuatu atau mendapatkan proteksi atas hak dan kebutuhannya. Misalnya, seorang pengusaha dengan sengaja memberikan sogokan pada pejabat tertentu agar bisa mendapat ijin usaha.
2.    Korupsi manipulatif (manipulative corruption), yaitu korupsi yang merujuk pada usaha kotor seseorang untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan atau keputusan pemerintah dalam rangka memperoleh keuntungan setinggi-tingginya. Misalnya pemberian uang kepada bupati, gubernur, menteri dan sebagainya agar peraturan yang dibuat dapat menguntungkan pihak tertentu yang memberikan uang tersebut.
3.     Korupsi nepotistik (nepotistic corruption), yaitu perlakuan istimewa yang diberikan pada keluarga : anak-anak, keponakan atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon. Dengan perlakuan istimewa itu para anak, menantu, keponakan dan istri sang pejabat juga mendapatkan keuntungan.
4.     Korupsi subversif (subversive cossuption), yaitu berupa pencurian terhadap kekayaan negara yang dilakukan oleh para pejabat negara dengan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya “
“ Contoh yang paling sederhana apa ?” Teteh terlihat kian mumet dengan penjelasan saya “
“ Waktu Teteh bikin SIM tempo hari yang gak ikutan test tapi dapet SIM karena membayar, itu salah satu bentuk korupsi juga..”
“ Ih.. mamah curang.... “ Larasati menggoda ibunya.
“ Atau waktu Dumai ikut UAN SD kemarin, Teteh bersama ibu-ibu lain sibuk membawa buah tangan dan diberikan pada guru pengawas ujian. Itu juga salah satu percobaan penyogokkan. Dan itu termasuk korupsi “
“ Sampai sejauh itu Dek ? “ Teteh menghela nafas panjang.
“ Ya seperti itulah. Jadi Korupsi itu bukan hanya sebatas mencuri uang rakyat saja seperti yang dilakukan Gayus Tambunan atau Nazarudin. Tapi kebiasaan-kebiasaan kecil seperti yang Teteh lakukan kemarin juga termasuk cikal bakal Korupsi “
“ Tapi kan Teteh hanya menitipkan Dumai pada guru pengawasnya, biar ujian dia sukses. Lagian yang diberikan pada pengawasnya hanya penganan kecil saja. Tidak seberapa. Begitu juga waktu mengurus SIM kemarin. Hanya beberapa lembar uang terima kasih..”
“ Yah.. kebiasaan-kebiasaan itulah yang telanjur menjadi budaya di kalangan kita. Bayangkan kalau ada seribu orang yang seperti Teteh. Orang yang menerimanya kan bakal jadi kaya raya secara mendadak. Betul tidak ? “
“ Iya juga ya.. “
“ Budaya seperti itu yang nantinya akan merusak generasi bangsa. Mereka terbiasa dengan hal yang dianggap wajar. Anak-anak kita selanjutnya akan menjadi sosok yang tidak punya hati nurani terhadap sesamanya. Bila sudah begitu, anak-anak kita akan mudah melakukan Korupsi. Seperti kata seorang psikolog Jack Bologne. Bahwa penyebab korupsi itu adalah GONE :
1.      Greed : Serakah. Selalu kurang. Tidak puas dengan apa yang dimiliki. Selalu ingin memiliki yang lebih banyak,lebih baik dengan cara apapun
2.      Opportunity : Adanya peluang karena suatu system yang buruk
3.      Need : Adanya suatu kebutuhan dari si pelaku karena sikap hedonis dan terlalu konsumtif.
4.      Exposes : Hukuman yang rendah bagi sang pelaku korupsi. Bahkan lebih rendah dari maling ayam misalnya. “
“ Kalau Agama bisa mencegah tidak ? “
“ Tentu bisa. Korupsi kan memang diharamkan dalam agama. Tapi kan banyak juga pemuka agama yang korupsi. Kalau menurut saya sih, kuncinya disamping agama tentu harus dimulai dari kebiasaan kecil dirumah. Biar karakter si anak terbentuk sejak dini. Misalnya bersikap jujur tentang apapun. Teteh jangan mudah marah kalau Laras dan Dumai berbuat salah dan bercerita jujur pada Teteh. Beri mereka penghargaan tentang kejujurannya. Tapi jangan lupa beri hukuman pula atas kesalahannya “
“ Contohnya ? “
“ Ih Teteh masa gak tahu… Kalau mengerjakan Pe-er, biarkan mereka sendiri yang mengerjakannya. Teteh hanya mengarahkan saja. Jangan royal memberi hadiah pada gurunya saat akan ujian atau kenaikan kelas. Biarkan berjalan seperti apa adanya. Kalau mereka ngompol di kasur, biarkan mereka jujur melapor pada Teteh. Lalu menghukum mereka dengan cara memnyuruh mereka menjemur kasur dan mencuci sprei dan selimut.. “
“ Ah ribet amat… pasti malah jadi panjang urusannya..”
“ Itulah gunanya orang tua Teh… Mendidik anak menjadi seorang yang jujur dan baik memang ribet dan rumit. Tak bisa instant dan menyerahkan sepenuhnya pada guru mereka di sekolah. Yang ribet itu lama-lama akan menjadi biasa kok. Percayalah”
“ Wah kamu.. kayak yang sudah punya anak saja !. Sepertinya hal demikan tak akan berpengaruh pada bangsa dan negara “
“ Eits jangan salah. Siapa tahu Dumai atau Larasati nantinya jadi anggota DPR, Menteri atau Presiden. Kebiasaan sederhana yang Teteh ajarkan, akan menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk mereka. Semua hal yang besar selalu berawal dari hal yang kecil dan sederhana. Contohnya tugas mengarang Larasati ini. Membuat bingung Teteh kan ? “
“ Hmm… “
“ Pendidikan yang terbaik, semua berawal dari pendidikan keluarga yang baik. Bila ingin tak terjadi korupsi di negara ini, maka mulailah pendidikan positif tentang Stop Korupsi dari keluarga ini. Setuju kan Teh ?”

Tuesday 30 October 2012

CILABEKAM


Bermula dari seringnya pulang malam sehabis bekerja tujuh tahun lalu. Aku mengenal Alfamart. Kota kecil kami di Tanjungsari – Sumedang, memang baru dimasuki dua gerai mini market berlainan label. Letak keduanya hanya dipisahkan oleh Mesjid Agung Tanjungsari. Salah satu mini market itu bernama Alfamart.
Meski tidak tampak aroma persaingan untuk menjaring pelanggan, namun aku yakin keduanya terpaksa untuk melakukan hal itu. Aku sendiri sering membandingkan kedua mini market itu. Menimbang-nimbang kelebihan dan kekurangan diantara keduanya.
Akhirnya aku jatuh cinta pada Alfamart. Pertama karena jam tutupnya lebih malam ketimbang mini market saingannya. Hal ini sangat menguntungkanku karena biasanya baru sampai di Tanjungsari sekitar pukul 21.00 dari kantorku di Bandung. Jadi aku masih bisa berbelanja harian yang kecil-kecil. Untuk melengkapi isi lemari es yang isinya sudah berkurang.
Lagian aku sendiri kurang senang berbelanja bulanan seperti yang lain. Kesannya seperti ibu-ibu. Menenteng tas kresek kiri kanan. Risih juga kalau bertemu kenalan dan digodain macam-macam. Maklum di kota kecil seperti ini, masih banyak orang yang suka Keipo pada urusan orang lain. Bisa turun pasaranku sebagai lelaki yang masih lajang, haha….
Kedua, Pelayanan penjaga tokonya yang sedikit lebih ramah dibanding mini market yang lain. Dari pramuniaga sampai kasir selalu memperlakukanku bak seorang raja. Mereka tak segan minta maaf kalau barang yang kubutuhkan stoknya kurang atau tidak ada. Termasuk bila aku meminta barang yang sama seperti yang terpajang di rak, namun kualitas yang terpajang kurang baik. Pramuniaga dengan senang hati mengambilnya dari gudang.
Ketiga, dengan adanya Kartu Aku Alfamartku. Pertama ditawari, aku tak tertarik. Karena waktu itu dompetku sudah penuh dengan beberapa kartu kredit dan kartu member yang lain. Jadi untuk apa menambahnya dengan kartu serupa. Kartu-kartu yang sudah kupunyaipun jarang sekali digunakan. Hanya untuk sedikit menaikkan gengsi saja saat membuka dompet didepan banyak orang, hehehe…narsis dikit.
Namun sang kasir tak pernah kehabisan akal menerangkan banyak kegunaan Kartu Aku Alfamartku. Membuat pertahanan egoku runtuh dan menjadi member. Bila dipikir lumayan juga, bisa dapet discount di beberapa barang. Apalagi saat berbelanja banyak untuk kebutuhan pesta kakakku. Kartu Aku Alfamartku menjadi begitu menolong karena bisa menghemat beberapa ratus ribu.
Karena tiga alasan itulah, aku menemukan Cinta Pertamaku pada mini market Alfamart. Sayang, beberapa tahun kemudian gerai Cinta Pertamaku itu tutup. Entah apa sebabnya. Padahal aku telanjur Jatuh Cinta padanya. Dialah saksi perjalanan hidupku yang selalu pulang malam dari kantor.
Aku pun kehilangan.
Lima tahun kemudian, gerai Alfamart baru, muncul di depan Pasar Tanjungsari. Aku bersiap menyambutnya karena serasa menemukan kembali Cinta Pertamaku. Aku mulai rajin menyambanginya. Bersiap untuk CILABEKAM padanya. Ya.. Cinta Lama Bersemi Kembali..
Namun ada yang lebih menggelitik lagi dibenakku tentang CILABEKAM-ku itu. Kali ini aku tak mau kehilangan dia lagi. Bahkan aku ingin memiliki dia seutuhnya. Untuk lokasi tak masalah, aku sudah punya sebidang tanah di pinggir jalan yang cukup ramai. Dari masalah prosedur, sepertinya cukup mudah dan tak berbelit.
Tapi aku harus bersabar sejenak, kembali menabung untuk modal yang lain seperti gedung dan sebangsanya. Yang pasti aku sudah tak sabar untuk mempersunting Cinta Pertamaku. Seperti motto yang ada di kartu Kartu Aku Alfamartku. Bukti Kasih Untuk Anda.
Siapa bisa membantu….?

Monday 29 October 2012

BENCI JADI CINTA


Tiga tahun lalu, saya dan seorang sahabat baik sama-sama memutuskan untuk mengundurkan diri dari sebuah perusahaan Desain Interior di Bandung. Alasannya, sudah jenuh saja dengan semua rutinitas yang seolah tak pernah mengenal waktu.

Setiap hari berada dikantor/pabrik lebih dari 12 jam. Enam hari dalam sepekan. Bahkan seringkali menginap di kantor kalau pekerjaan menumpuk. Pulang pagi sudah tak aneh. Hari Minggu masih dibajak pula oleh bos untuk mengerjakan ini-itu.
Hasilnya ? hanya lebih sedikit dari upah UMR. Belum lagi falsapah keliru dari bos kita yang menyelewengkan moto “The Bos Is Always Right”. Habislah sudah kesabaran kita. Ternyata jejak kami diikuti teman-teman lain. Mereka seperti Bedol Desa mengundurkan diri.

Bagi saya tak masalah, kembali ke desa. Menjadi desainer freelance, menulis dan membuka usaha konvensional kecil-kecilan. Semua beres. Yang penting hidup tenang.

Berbeda dengan sahabat saya, YP. Dia punya segudang mimpi untuk mengembangkan usaha Rias Pengantin dan Katering Pernikahan milik orang tuanya. Saya sempat tertawa mendengar pengakuannya. Bagaimana tidak, keseharian YP jauh sekali dengan dua dunia itu.
Latar belakang pendidikan YP teknik konstruksi. Di pabrik pun tugasnya berhubungan dengan kerasnya dunia proyek. Bahkan berantem dengan tukang-tukang yang terkadang ngambek tanpa sebab. Olala.. sekarang harus berhubungan dengan make up, fashion, masak memasak, sendok garpu dan sebangsanya… Hahaha.. sebentar lagi langit pasti runtuh..
Namun YP ngotot. Dia tetap memaksa saya untuk membuatkan sebuah rencana kerja untuknya. Seperti saat di kantor dulu. Tugas saya dikantor lama memang membuat perencanaan proyek secara detail, dari urusan gambar, biaya, waktu, sampai cara pengawasan dan pengecekkan. Dan YP tinggal melaksanakannya sesuai apa yang tertera di kertas.
Untuk seorang sahabat, saya mencoba berfikir keras untuk membantunya. Akhirnya saya menemukan satu kelemahan besar dalam diri YP. Dia belum melek dunia digital. YP tak pernah tertarik untuk menjelajahi dunia lewat perangkat teknologi. Bahkan membenci dan mencemooh orang-orang yang berpelesir di dunia jejaring sosial. Dia menganggap semua itu hanya omong kosong belaka.
Saya berusaha meluruskan persepsinya. Mengajarinya perlahan. Membuatkannya alamat email dan mengikutkannya di sebuah jejaring sosial. Pertamanya dia protes, namun saya mengancam tidak akan membuatkannya sebuah rencana besar.
Yp mulai betah duduk di depan monitor komputer. Mula-mula hanya sejam sehari. Hanya untuk mengecek email dari saya di inbox dia. Kami memang tinggal berlainan kota. Kemudian dia mulai iseng, main-main di mesin pencari sebuah situs terkenal. Mengetik asal-asalan sebuah kata yang berhubungan dengan dunia Rias Pengantin dan Katering Pernikahan.
Selanjutnya tanpa saya ajari, dia asik dengan dunia barunya. Banyak hal bisa digali di dunia digital untuk mengembangkan bisnisnya. Pola pikir YP perlahan berubah. Wawasannya berkembang dengan cepat. Saya tak perlu kesulitan lagi dengan setumpuk perencanaan untuknya. Dia sudah punya perencanaan sendiri.
Tiga tahun berlalu. Bisnis keluarganya perlahan berkembang. YP tak lagi berkutat dengan cara-cara tradisional untuk mengembangkan usaha. Meski belum mencapai tahapan mimpi-mimpinya, namun YP bersyukur bahwa kini masih hidup layak bersama anak-anaknya walau tak lagi bekerja diperusahaan lama.
YP semakin cinta dengan dunia digitalnya. Karena memberikan benefit yang tak terhingga bagi kemajuan usahanya. Dia tak peduli meski saya sering meledeknya.
“ Benci yang menjadi Cinta ya YP….”

MENAKLUKAN DUNIA LEWAT CARA SEDERHANA


Sebenarnya tak pernah ada niatan sedikitpun dibenak saya untuk menjadi seorang guru. Meski dulu saya pernah mengenyam pendidikan guru. Tahu metode Paedagogik dan kenal beberapa buku psikologi terkenal karangan Carl Gustaf Young dan sebangsanya. Beberapa istilah psikologi pendidikan pun masih kenceng dalam ingatan saya.

Hingga kemudian saya ketemu Bu Dea. Seorang teman kakak saya yang sehari-hari profesinya menjadi pedagang di pasar Tanjungsari-Sumedang. Dia mengeluh bahwa anaknya yang sudah kelas dua SD belum bisa membaca dan menulis.
Saya tak habis pikir, apa saja yang dilakukan dia dan juga gurunya selama tiga jam didalam kelas. Benar-benar tak masuk akal. Saya pun berseloroh pada kakak bahwa saya bisa membuat anak itu bisa membaca dalam jangka waktu 24 kali pertemuan.
Rupanya candaan saya disampaikan kakak pada Ibu Dea. Dia pun meminta pertanggungjawaban untuk membuktikan kata-kata saya. Tentu saja saya jadi kalang kabut sendiri. Kok candaan, bisa dianggap serius oleh mereka.
Karena Bu Dea terus mendesak. Saya pun dengan sedikit terpaksa menyanggupinya. Lagian butuh juga duitnya untuk tambahan biaya semester. Pekerjaan saya akhir-akhir ini sepi klien. Jadi lumayanlah.

Pertemuan pertama dengan anak itu, namanya Galih. Menyisakan beragam tanya didalam benak saya. Apa sebenarnya yang dilakukan seorang guru di dalam kelas setiap hari. Galih memang terkesan nakal, tapi cukup kooperatif jika diminta melakukan sesuatu sesuai kehendak saya. Menurut pemahaman saya, Galih hanya butuh sedikit perhatian saja untuk membuatnya menjadi bersemangat untuk menaklukan dunia ( haha lebay ya..)
Tapi itulah kenyataannya. Selama ini Galih hanya bertemankan seorang pembantu yang sudah sepuh dirumahnya. Bu Dea dan suaminya sibuk menjalankan usaha tokonya di pasar. Pergi gelap, pulang pun gelap. Tujuh hari dalam sepekan. Jadi tak pernah memperhatikan Galih dan adik-adiknya.
Beruntung Galih pun tidak terlewat nakal seperti yang banyak digambarkan di sinetron-sinetron. Dia hanya ‘sedikit’ nakal. Dan itu menurutku wajar-wajar saja. Galih hanya butuh sebuah sentuhan yang akan mengembalikannya pada jalan yang benar.

Singkat kata dengan metoda kartu huruf yang saya perkenalkan. Dalam waktu 16 kali pertemuan, Galih sudah bisa membaca meski masih patah-patah. Namun dia sudah mulai tertarik untuk membaca setiap tulisan yang ditemukannya dimanapun. Saya senang. Keberhasilan Galih ternyata berawal dari sebuah candaan saya yang sedikit konyol.

Saya memenuhi janji pada ibu Dea. Hanya tiga bulan mengajar Galih secara privat. Beliau sangat kecewa dengan keputusan saya meninggalkan Galih yang mulai gemar membaca. Namun hidup saya harus tetap berlanjut untuk kembali memuaskan semua klien dengan desain-desain saya.

Saya hanya berharap pada sahabat-sahabat saya. Semua guru dimanapun. Untuk menyayangi semua anak di sekolah. Tak peduli dengan latar belakang apapun. Yang pintar, yang nakal, yang bersih, yang kumal, dll. Semua adalah anak-anakmu di dalam kelas.
Beragam ilmu psikologi yang pernah kalian pelajari di sekolah guru, menjadi tak ada artinya kalau kalian belum mampu menaklukan murid-muridmu dengan ilmu yang telah kalian pelajari. Memang sangat sulit, bahkan terkadang menguras emosi. Membuat tensi darah naik ke ubun-ubun. Tapi terimalah, karena itu profesi kalian.
Berilah semua muridmu sebuah sentuhan sederhana. Agar dia bersemangat untuk menaklukan dunia dan seisinya. Ajaklah mereka untuk bermimpi secara sederhana. Biarkan mereka menjelajah dunia lewat pola pikir sederhananya.
Tak perlu membuat mereka tampil seperti orang dewasa. Karena mereka masih anak-anak. Bersikaplah yang lembut dan hangat. Tak perlu jaga image untuk menunjukkan kekuasaanmu sebagai seorang guru yang patut digugu dan ditiru. Karena mereka tahu bahwa kau adalah gurunya yang perlu mereka hormati sepenuh hati.

Murid-muridmu adalah sosok mini dari manusia dewasa. Dia bukan seonggok daging tanpa makna. Mereka manusia sempurna yang berpikir dan bertindak lewat pola pikirnya yang masih sederhana. Tugas seorang gurulah untuk menyempurnakan semuanya menjadi sempurna.

Hingga mereka mampu berdiri tegar untuk menaklukan dunia.

KONSULTAN MIMPI SEDERHANA


Berawal dari keinginan kakak saya yang baru menikah untuk secepatnya punya rumah sendiri. Dia sudah bosan menjadi ‘kontraktor’ yang setiap tahun harus menyediakan dana segar untuk memperpanjang kontrak. Padahal waktu serasa berjalan begitu cepat. Tahu-tahu sudah akhir tahun, sedangkan dana segar belum tersedia. Maklum, kakak saya hanya seorang tukang ojek dan istrinya pedagang kios nasi kuning di pasar.
Saya kemudian iseng membuatkannya sebuah desain rumah sederhana. Mencetaknya dan memberikan padanya. Saya bilang,
“Gambar ini mesti kakak gantung di kamar tidur. Letaknya harus persis berseberangan dengan kepala tempat tidur. Supaya ketika akan tidur atau bangun tidur, kakak langsung melihatnya “

Singkat kata, kakak saya dan istrinya menuruti saran saya. Bahkan menaruh gambar rumah itu sebagai wall paper di ponsel mereka.
Hasilnya sungguh diluar. Mereka mengaku setiap malam selalu mimpi tentang rumah itu. Semangatnya untuk memiliki rumah kian berkobar. Namun efeknya kembali ke saya. Mereka minta advis selanjutnya supaya mimpi mereka menjadi kenyataan.
Akhirnya, mau tak mau saya menyusun sebuah planning sederhana untuk mereka. Membagi desain rumah menjadi pembangunan beberapa tahap. Juga alternatif beberapa pembiayaan pembangunan. Salah satunya alternatif pembiayaan melalui bank.

Sangat sulit memberikan pokok-pokok pemahaman pada orang awam tentang mekanisme pembiayaan yang mengatasnamakan sebuah bank. Untuk orang yang terlampau lugu dan sederhana seperti kakak saya, mereka telanjur terstigma negatif pada kata bank. Padahal ada beragam keuntungan jika kita sebagai nasabah berlaku jujur dan taat.
Sedikit demi sedikit stigma positif saya tanamkan dalam benak mereka. Sampai akhirnya kakak saya bertemu seseorang yang mengaku dari Bank Mandiri menghampiri kios nasi kuning milik mereka, di Pasar Tanjungsari, Sumedang.
  
Gayung pun bersambut. Semua saran saya, klop dengan penjelasan dari petugas Bank Mandiri. Mereka kian semangat, untuk meraih impian sederhana mereka lewat bantuan pembiayaan dari bank itu.
Hanya dibutuhkan waktu sepuluh hari untuk membiayai impian tahap pertamanya cair. Selama lima hari setiap minggunya, mereka diharuskan mencicil dengan cicilan yang ringan. Yah cukup terjangkau untuk penghasilan mereka sebagai wong cilik.
Kini pembangunan tahap pertama rumah sederhana mereka sudah selesai. Waktupun tak terasa terus berjalan. Hanya butuh empat bulan lagi bagi mereka untuk kembali mengajukan pinjaman. Agar pembangunan istana mungilnya memasuki tahap kedua.
Saya pun bernafas lega. Menyenangkan sekali menjadi saksi sebuah mimpi sederhana itu terwujud secara perlahan. Meski semuanya harus diperjuangkan dengan keras.

Saya jadi berfikir, bagaimana kalau pusat informasi yang benar dan jelas tentang sebuah Bank berada juga dikampung-kampung yang menjadi pusat ekonomi skala kecil.
Lebih tepatnya mungkin sebuah tempat konsultasi Sebuah Mimpi. Tidak  melulu soal Bank. Tapi bisa mencakup semua aspek dan tahapan-tahapan sederhana tentang mewujudkan sebuah mimpi menjadi kenyataan. Seperti yang telah saya lakukan pada Keluhan kakak saya, menjadi sebuah mimpi untuknya. Dan kemudian menjadikan mimpi itu menjadi sebuah kenyataan.
Terima kasih Bank Mandiri. Selamat datang di dunia mimpi sederhana orang-orang yang punya semangat tinggi.

·                     "Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya pribadi dan bukan merupakan jiplakan.“

Friday 26 October 2012

BILA SURGA ITU ADA, TAKABONERATE SALAH SATUNYA


http://www.mymakassar.com

Pertama dengar nama Takabonerate, dari seorang teman yang baru saja pulang dari Makassar. Telingaku serasa asing mendengarnya. Temanku Alec, tak henti-hentinya mengisahkan petualangannya ke daerah yang katanya masih perawan itu. Sambil sesekali memperlihatkan photo-photo hasil bidikan kameranya. 

Semula, aku tak begitu tertarik. Tidak seperti teman-teman kantor yang lain. Mereka mengerubuti Alec seperti semut yang mengerubuti gula. Bagiku, yang memang kurang menyenangi wisata bahari, khabar tentang keindahan laut menjadi sebuah angin lalu saja.
Hingga suatu pagi aku iseng memasukkan kata Takabonerate di search Engine Google. Itu semata karena tak tahan dengan ocehan teman kantor yang menjadikan Takabonerate sebagai Trending topik selama pekan ini di kantor. Dan ternyata semua perkataan teman-teman membuatku terbelalak takjub.
Ternyata Takabonerate adalah sebuah taman laut di Sulawesi Selatan. Tepatnya di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Takabonerate merupakan taman laut yang mempunyai kawasan atol terbesar ketiga di dunia. Dua yang lain ada di Kepulauan Marshall yaitu Kwajifein dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Luas total dari kawasan atol Takabonerate adalah 220.000 hektar dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km². Oleh sebab itu, Sejak Tahun 2005 Taman Nasional Taka Bonerate telah di calonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
Setiap tahun, di lokasi ini selalu diadakan festival yang bertajuk Sail Takabonerate atau sebelumnya disebut Takabonerate Island Expedition. Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar. Tahun ini, Sail Takabonerate direncanakan akan dimulai 16-18 November 2012,dengan mengadakan pelayaran maritim dari Bali, Takabonerate,dan Kepulauan Spermonde.
Pantas saja jika Alec tak henti-henti menceritakan pengalaman indahnya selama melakukan ekpedisi ke Takabonerate. Aku sendiri yang kurang menyukai wisata bahari, langsung terkesan dengan pemandangan alam yang Tuhan ciptakan di Takabonerate. Pemandangan alamnya seperti gambar-gambar di kartu Pos dari kiriman temanku yang saat ini bertugas di Maladewa.
Akhirnya mau tak mau aku merapatkan diri ke Alec untuk mengorek bagaimana caranya aku bisa melancong ke Takabonerate suatu saat. Dan dengan jumawa Alec berkata.
“ Perjalanan kesana termasuk sebuah perjuangan yang cukup sulit. Belum lagi untuk kita yang notabene dari pulau Jawa. Tapi setelah nyampe disana, dijamin, segala perjuangan itu tak ada artinya. Disana bener-bener surga Bro…. “
“ Memang sesusah apa ? “
“ Pokoknya kalau kamu kesana, harus siap fisik dan mental. Tak hanya duit segepok saja yang harus disiapin.  Jangan harap hanya duduk manis dipesawat, begitu turun trus disuguhin red karpet selamat datang. No..no… Petualangan baru dimulai saat kamu nyampe di Makassar. Pertama kamu harus naik bus dari Makassar ke Bulukumba selama lima jam. Setelah itu, lanjut ke Pelabuhan Pematata Selayar menggunakan kapal ferry sekitar dua jam, lanjut lagi ke Benteng dengan jarak tempuh selama satu setengah jam. Setelah itu naik kapal kayu selama lima jam ke pulau terdekat yaitu Rajuni Kecil “
“ Wah ternyata cukup menguras tenaga juga ya “
“ Tentu ! Makanya fisik kamu harus benar-benar sehat kalau mau kesana. Tapi di jamin dah, kamu gak bakal rugi kalo sudah nyampe di Takabonerate. Menurut gua, Bila Surga itu memang ada, maka Takabonerate salah satunya