Monday 29 October 2012

MENAKLUKAN DUNIA LEWAT CARA SEDERHANA


Sebenarnya tak pernah ada niatan sedikitpun dibenak saya untuk menjadi seorang guru. Meski dulu saya pernah mengenyam pendidikan guru. Tahu metode Paedagogik dan kenal beberapa buku psikologi terkenal karangan Carl Gustaf Young dan sebangsanya. Beberapa istilah psikologi pendidikan pun masih kenceng dalam ingatan saya.

Hingga kemudian saya ketemu Bu Dea. Seorang teman kakak saya yang sehari-hari profesinya menjadi pedagang di pasar Tanjungsari-Sumedang. Dia mengeluh bahwa anaknya yang sudah kelas dua SD belum bisa membaca dan menulis.
Saya tak habis pikir, apa saja yang dilakukan dia dan juga gurunya selama tiga jam didalam kelas. Benar-benar tak masuk akal. Saya pun berseloroh pada kakak bahwa saya bisa membuat anak itu bisa membaca dalam jangka waktu 24 kali pertemuan.
Rupanya candaan saya disampaikan kakak pada Ibu Dea. Dia pun meminta pertanggungjawaban untuk membuktikan kata-kata saya. Tentu saja saya jadi kalang kabut sendiri. Kok candaan, bisa dianggap serius oleh mereka.
Karena Bu Dea terus mendesak. Saya pun dengan sedikit terpaksa menyanggupinya. Lagian butuh juga duitnya untuk tambahan biaya semester. Pekerjaan saya akhir-akhir ini sepi klien. Jadi lumayanlah.

Pertemuan pertama dengan anak itu, namanya Galih. Menyisakan beragam tanya didalam benak saya. Apa sebenarnya yang dilakukan seorang guru di dalam kelas setiap hari. Galih memang terkesan nakal, tapi cukup kooperatif jika diminta melakukan sesuatu sesuai kehendak saya. Menurut pemahaman saya, Galih hanya butuh sedikit perhatian saja untuk membuatnya menjadi bersemangat untuk menaklukan dunia ( haha lebay ya..)
Tapi itulah kenyataannya. Selama ini Galih hanya bertemankan seorang pembantu yang sudah sepuh dirumahnya. Bu Dea dan suaminya sibuk menjalankan usaha tokonya di pasar. Pergi gelap, pulang pun gelap. Tujuh hari dalam sepekan. Jadi tak pernah memperhatikan Galih dan adik-adiknya.
Beruntung Galih pun tidak terlewat nakal seperti yang banyak digambarkan di sinetron-sinetron. Dia hanya ‘sedikit’ nakal. Dan itu menurutku wajar-wajar saja. Galih hanya butuh sebuah sentuhan yang akan mengembalikannya pada jalan yang benar.

Singkat kata dengan metoda kartu huruf yang saya perkenalkan. Dalam waktu 16 kali pertemuan, Galih sudah bisa membaca meski masih patah-patah. Namun dia sudah mulai tertarik untuk membaca setiap tulisan yang ditemukannya dimanapun. Saya senang. Keberhasilan Galih ternyata berawal dari sebuah candaan saya yang sedikit konyol.

Saya memenuhi janji pada ibu Dea. Hanya tiga bulan mengajar Galih secara privat. Beliau sangat kecewa dengan keputusan saya meninggalkan Galih yang mulai gemar membaca. Namun hidup saya harus tetap berlanjut untuk kembali memuaskan semua klien dengan desain-desain saya.

Saya hanya berharap pada sahabat-sahabat saya. Semua guru dimanapun. Untuk menyayangi semua anak di sekolah. Tak peduli dengan latar belakang apapun. Yang pintar, yang nakal, yang bersih, yang kumal, dll. Semua adalah anak-anakmu di dalam kelas.
Beragam ilmu psikologi yang pernah kalian pelajari di sekolah guru, menjadi tak ada artinya kalau kalian belum mampu menaklukan murid-muridmu dengan ilmu yang telah kalian pelajari. Memang sangat sulit, bahkan terkadang menguras emosi. Membuat tensi darah naik ke ubun-ubun. Tapi terimalah, karena itu profesi kalian.
Berilah semua muridmu sebuah sentuhan sederhana. Agar dia bersemangat untuk menaklukan dunia dan seisinya. Ajaklah mereka untuk bermimpi secara sederhana. Biarkan mereka menjelajah dunia lewat pola pikir sederhananya.
Tak perlu membuat mereka tampil seperti orang dewasa. Karena mereka masih anak-anak. Bersikaplah yang lembut dan hangat. Tak perlu jaga image untuk menunjukkan kekuasaanmu sebagai seorang guru yang patut digugu dan ditiru. Karena mereka tahu bahwa kau adalah gurunya yang perlu mereka hormati sepenuh hati.

Murid-muridmu adalah sosok mini dari manusia dewasa. Dia bukan seonggok daging tanpa makna. Mereka manusia sempurna yang berpikir dan bertindak lewat pola pikirnya yang masih sederhana. Tugas seorang gurulah untuk menyempurnakan semuanya menjadi sempurna.

Hingga mereka mampu berdiri tegar untuk menaklukan dunia.

No comments:

Post a Comment