Wednesday 8 May 2013

Dear Serena Biskuit…………My Last Witness



Pertama kali mengenal Serena Egg Roll, tahun 1999. Saat bersilaturahmi lebaran ke rumah teman SMA. Saya tak henti menggasak Serena Egg Roll kalengan yang disuguhkan sang empunya rumah. Terkadang saya suka lupa diri saat menemukan makanan baru. Jiwa muda menyebabkan penyakit “Muka Tembok” saya kambuh. Tak henti menyuap batang demi batang. Hingga hampir seperempat kaleng, Serena Egg Roll berpindah tempat ke perut saya.
Dulu, keluarga kami hidup lumayan menyedihkan. Penghasilan keluarga hanya dicukup-cukupin untuk memenuhi kebutuhan primer saja. Yang penting bisa makan sederhana yang sehat. Berpakaian sederhana yang layak. Juga sekolah tetep lancar karena tak pernah nunggak SPP.
Tak ada dana berlebih untuk membeli makanan yang cukup mahal menurut ukuran keluarga kami waktu itu. Seperti halnya Serena Egg Roll. Belum ada kemasan kecilnya masuk ke kampung kami. Serena Egg Roll hanya boleh dibeli per kaleng. Waktu itu kalengnya berbentuk segi empat warna hitam.


Selepas SMA dan mulai bekerja. Saya baru mampu membelikan keluarga, sekaleng Serena Egg Roll saat hari raya lebaran. Semua anggota keluarga begitu menyukainya. Terutama Ibu. Beliau suka sekali tekstur Serena Egg Roll yang lembut dan renyah. Kata Ibu, kue-nya mirip kue semprong. Jajanan masa kecil beliau. Rasanyapun tidak terlalu manis. Jadi pas buat Ibu.
Ibu tak pernah meminta saya untuk membelikan kembali Serena Egg Roll kesukaannya. Beliau tahu, harga kue itu lumayan mahal buat ukuran dia. Meski begitu, saya tahu, beliau suka sekali dengannya. Saya bertekad dalam hati, bila suatu saat punya uang kembali. Ingin membelikannya. Saya ingin membahagiakan Ibu, dan melihat senyumnya yang riang saat memeluk kaleng Serena Egg Roll pemberian saya.
Ibu tak perlu meminta lewat kata-kata. Karena bagi saya, apalah arti sekaleng Serena Egg Roll, dibanding perjuangannya untuk kami. Dengan cinta kasihnya, Perempuan sederhana ini meluahi kami dengan semua kegembiraan. Saya ingin membahagiakan Ibu. Kalau perlu, saya akan berusaha keras agar bisa membelikan Ibu sekaleng Serena Egg Roll setiap hari. Meski Ibu tak pernah memintanya. 


Namun keinginan saya hanya sebatas impian. Tetap saja baru bisa membelikan Ibu sekaleng Serena Egg Roll pada saat Hari Raya Lebaran saja. Yang saya ingat, Mata Ibu selalu berkaca-kaca saat menerima sekaleng Serena Egg Roll itu dari tangan saya.


Sekarang, Ibu sudah menghadap Yang Kuasa. Saya tak mungkin membelikannya lagi sekaleng Serena Egg Roll di hari raya. Meskipun saat ini saya bisa membelikan beliau lebih dari sekaleng. Bahkan setiap hari pun saya mampu membelikannya. Sungguh… saya menyesal karena tak mampu lagi untuk membahagiakannya ?


Bagi kami, Serena Egg Roll adalah My Last Witness. Dia saksi terakhir atas cinta saya pada Ibu.

No comments:

Post a Comment