Friday 18 January 2013

Adventure Trip di Pabrik Gula PTPN X….. Ala Willy Wonka Dan Indiana Jones



a.    History
Gula adalah karbohidrat sederhana yang paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Benda ini digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis. Gula diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brasil, dan Thailand. 

Indonesia pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an. Namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. 


Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah nira kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur. Ketika Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa, kebun-kebun tebu mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.

Puncak kegemilangan perkebunan tebu Indonesia, dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah meregulasi industri ini. Situasi swasembada gula menjadi berbalik sejak 1967. Indonesia berganti peran menjadi pengimpor gula sejak tahun itu hingga sekarang.


Geliat industri gula di Indonesia menjadi semakin menarik. Karena sudah berakar kuat sejak tahun 1700-an. Didalamnya ada sejarah, air mata, perjuangan, kesedihan dan semangat kemerdekaan. Bila ditarik satu kesimpulan, gula mempunyai Nationalism Spirit. Bukan hanya karena wujudnya yang terasa manis dilidah. Namun lebih dari itu, Nationalism Spirit didalamnya harus disebarluaskan. Tidak hanya dalam bentuk produk. Tapi dalam bentuk perjalanan wisata yang menakjubkan.

b.    Tourism Profille
Saya jadi inget satu film Hollywood yang berjudul Charlie and the Chocolate Factory. Film itu berkisah tentang Charlie Bucket yang mengikuti sebuah tur mengasikkan di pabrik coklat milik Willy Wonka. Charlie adalah anak miskin yang beruntung diundang Willy Wonka, setelah mendapat golden ticket dari coklat bar yang dibelinya. Jutaan anak di luar sana berharap mendapatkan golden ticket dalam coklat bar yang dibelinya. Namun hanya lima golden ticket yang di sebar dalam sekian juta coklat bar.


Charlie dan ke-empat anak lain, mengalami banyak peristiwa yang menakjubkan saat berada dalam pabrik Willy Wonka. Dari mesin-mesin yang canggih, Oompa Loompas ( karyawan pabrik coklat bertubuh kerdil dan berkulit oranye ), sampai hadiah menarik yang disebut Everlasting Gobstopper. Yakni sebuah permen ajaib yang tidak bisa habis meski  mencair di mulut, juga tidak bisa hilang rasa manisnya.

Terinspirasi dari film itu, Wisata Pabrik gula harus mempunyai kemasan yang menarik. Didalamnya harus terdapat unsur-unsur  USABLE yang membuat pengunjungnya datang dan datang lagi. USABLE merupakan akronim dari :
1.      Unique
Sebagai lokasi Heritage. Pabrik gula yang merupakan koloni PTPN X, sudah memenuhi unsur Uniqe Heritage. Terbukti dengan asset yang dipunyai Watoetoelis, Toelangan, Kremboong (ketiganya di Sidoarjo), Gempolkrep (Mojokerto), Djombang Baru, Tjoekir (Jombang), Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru, Ngadiredjo (Kediri) dan Modjopanggoong (Tulungagung). Semuanya mempunyai keunikan tersendiri.


Yang kurang hanyalah kemasannya yang belum mempunyai Brand Image International. Apa gunanya kondisi bangunan dan mesin produksi berumur ratusan tahun kalau hanya sebatas benda. Mereka perlu ditangani dan disulap menjadi sesuatu yang menarik oleh ahli yang tepat.
Pengambil kebijakan di PTPN X memerlukan konsultan wisata international yang mampu menyulap 11 pabrik gula Jaman Baheula itu menjadi sebuah tujuan wisata yang menakjubkan. Berwisata di pabrik gula bukan hanya naik lori berusia ratusan tahun berkeliling pabrik. Wisatawan harus mendapatkan yang lebih dari itu.

Bila wisata Heritage hanya seputar itu saja, lambat laun akan tersisih dengan sendirinya. Karena Wisata seperti ini menjemukan dan tidak prestisius lagi. Wisatawan akan beralih ke tempat wisata lain. Bukankah kejadian seperti ini sudah bisa dilihat bukti konkritnya. Betapa Museum sudah bukan menjadi tujuan wisata pavorit lagi. Dia hanya saksi bisu yang sudah ditinggalkan orang.

2.      Surprise
Dalam pengemasan satu lokasi wisata. Harus memberikan efek surprise untuk pengunjungnya. Wisatawan harus diberikan efek kejutan yang menakjubkan dari 11 lokasi pabrik gula yang dijadikan tempat wisata. Misalnya :

-         Wisatawan diajak berwisata ala Indiana Jones. Program wisata dibuat seperti menyusuri peta harta karun. Di setiap pabrik ada clue-clue tertentu yang menjebak wisatawan untuk mengikuti perjalanan wisata sampai habis di 11 pabrik.

-      Wisatawan disuguhkan satu kemasan wisata yang tak terlupakan. Tak ada salahnya mengkoordinir pemandu wisata yang spesial. Seperti Oompa Loompas di film Charlie and the Chocolate Factory. Pengelola wisata bisa memberdayakan seniman setempat.

3.      An-Educative
Lokasi wisata harus memberikan sesuatu untuk pengunjungnya saat mereka pulang. Wisatawan harus mendapat pencerahan dari tempat yang sudah dikunjunginya.


Wisata pabrik gula bisa memberikan lebih dari sekedar pengetahuan tentang proses pembuatan gula. Dia harus menghadirkan satu kerangka edukasi baru untuk pengunjungnya. Ada elemen yang harus disugestikan sebagai bentuk edukasi baru. Seperti :
-         Semangat kebangsaan
-         Semangat Petualangan
-         Semangat bekerja
-         Semangat melestarikan Heritage, dll

4.      Based On Human
Kultur timur, khususnya Indonesia, terutama suku Jawa. Terkenal dengan sifat humanisnya. Itu zaman dulu. Entah sekarang. Kultur asing yang individualis telah banyak merusak kearifan budaya lokal. Disadari atau tidak, kebijakan penguasa tentang apapun terkadang mengesampingkan paham kemanusiaan. Banyak kebijakan hanya berlatar politik dan untung rugi dari segi bisnis.


 Kebijakan demikian, lambat laun akan menuai badai yang dibuatnya sendiri. Semakin lama, manusia Indonesia semakin cerdas dan kritis. Contoh konkrit seperti kebijakan buruh, atau kebijakan pendidikan. Undang-undang yang mengatur itu semua, kian hari kian menuai banyak kritikan. Didemo dimana-mana. Membuat para pengambil keputusan di level atas kalang kabut.


Untuk itulah, pengelolaan wisata Heritage PTPN X harus berdasarkan manajemen yang humanis. Seperti apakah itu ?. Tentu Perencanaan, Pengelolaan, Pengawasan dan Follow Up Wisata heritage ini harus merapat ke rakyat. Dapat dirasakan manfaatnya oleh penduduk setempat dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tidak hanya menguntungkan bagi pedagang saja. Tapi menjadi keuntungan bagi masa depan bangsa ini.

5.      Ligthsome
Secara etimologi, Ligthsome artinya suka cita atau bersenang hati. Segala aspek yang menjadikan pabrik gula koloni PTPN X harus bermuara pada satu tujuan. Yakni kebahagiaan. Baik untuk pengunjungnya. Atau pihak-pihak yang terlibat didalamnya.


Banyak kejadian, sisi bonus dari satu usaha “sampingan”. Hanya membahagiakan pihak-pihak tertentu. Tidak menjangkau semua kalangan yang terlibat di “main” usaha itu sendiri. Tidak menambah benefit malah menambah pekerjaan. Upahnya hanya terima kasih.
Untuk itu Pengelolaan wisata heritage pabrik gula harus menghasilkan benefit yang membuat semua pihak bahagia. Jangan sekedar menjadi Thank You Project semata.

6.      Everlasting
Usaha wisata dimanapun, selalu berakhir saat mencapai titik jenuh. Tempat wisata baru, hanya memunculkan uforia sesaat. Selanjutnya tenggelam ditengah para pesaing baru yang menawarkan gagasan yang lebih segar.

Untuk itulah diperlukan Konsultan dan tim RnD yang hebat. Untuk menjadikan projek wisata Heritage ini menjadi Everlasting (abadi). Pesonanya bisa tetap dinikmati dan dirindukan setiap wisatawan yang pernah mengunjunginya. Hingga akan kembali lagi dan lagi.

c.     Management
Sebaiknya pabrik gula yang digunakan untuk tujuan wisata Heritage. Dibuat terpisah dengan pabrik gula yang digunakan untuk tujuan komersil. Manajemennya pun harus dibuat terpisah. Didalamnya mesti dihuni oleh orang-orang yang mempunyai turism passion


Tidak boleh mengelola proyek ini dengan cara-cara seadanya. Mengandalkan tenaga yang asal-asalan demi mengejar prinsif ekonomi. Bila begitu adanya, Side Project ini tak akan berkembang karena dikelola tidak profesional.
Untuk urusan Pleasure. Kesederhanaan hanya dirindukan sesaat. Selanjutnya, tetap saja wisatawan akan mencari sesuatu yang prestisius dan membuat kenyamanan tingkat tinggi. Bagi mereka, budget sudah tak akan lagi jadi tolok ukur. Lha wong mereka punya duit kok.

d.    Marketing
Sepertinya sudah gak jaman lagi bekerjasama dengan sekolah-sekolah atau instansi tertentu dalam menjaring wisatawan. Cara basi yang kampungan itu hanya memunculkan efek negatif saja terhadap image tempat wisata. Kesannya menjadi “cara paksa” seperti kerap dilakukan oleh rezim penguasa tempo dulu.


Ini zaman Reformasi Mas! Cara pemaksaan seperti itu hanya dilakukan oleh pengusaha yang tak percaya diri. Karena produk yang ditawarkannya berkualitas rendah, kacangan dan bermutu abal-abal. Saatnya mencari terobosan baru dalam strategi marketing. Caranya? :
1.      Focus On Stranger Tourist
Mayoritas bangsa ini, terlampau silau dengan bangsa lain. Terlalu luar negeri minded. Segala yang berbau luar negeri, pasti menjadi tren yang digemari. Tak peduli sesuai atau tidak. Baru sadar setelah tren yang diikutinya ternyata kampungan.
Pangsa pasar yang terbesar untuk wisata ini sebenarnya turis local. Namun keberadaan mereka seolah segerombolan hantu yang sulit ditangkap. Mereka kebanyakan lebih tertarik untuk bergerombol di mal.
Untuk menjaring mereka harus dipancing sebuah Tren dulu. Buatlah wisata adventure pabrik gula ini menjadi Tren di kalangan turis mancanegara. Menjadi Trending Topic di twitter atau diulas di media-media asing sebagai tujuan wisata yang menakjubkan.


Bikin ‘skandal’ yang menghebohkan hingga membuat semua mata melirik. Setelah media asing dan turis mancanegara berbondong-bondong berwisata, selanjutnya tinggal tunggu waktu. Turis lokal juga akan berbondong-bondong datang.
Bukankah hal itu pula yang terjadi pada Pulau Komodo, Raja Ampat, Bunaken dan Takabonerate ?

2.      Make a Movie
Cara simpel namun cukup menjanjikan. Menggandeng produser film untuk datang. Mengundang media televisi untuk berkunjung ke lokasi wisata. Lihatlah, Belitung menjadi menggeliat iklim pariwisatanya pasca film Lasykar Pelangi dirilis. Orang-orang jadi penasaran. Bagaimana sebenarnya kehidupan di Belitung setelah menonton film ini.


3.      Joint With Torism Agent
Untuk lebih mempermulus usaha promosi, sebaiknya melakukan kerjasama dengan agen turisme di seluruh dunia. Akses-akses kearah sana cukup mudah karena dunia sudah terhubung dengan sendirinya lewat dunia internet.

4.      Exhibition
Jangan pelit untuk menjemput wisatawan secara langsung. Mengikuti pameran-pameran wisata akan sangat membantu menarik wisatawan. Terutama pameran yang bersifat international.


Berangkat dari itu semua. Rasanya tidak salah kalau sudah saarnya mereformasi wisata Heritage menjadi sesuatu yang lebih menarik, menakjubkan dan menantang Adrenalin. Tinggal pilih yang mana. Wisata penuh kejadian menakjubkan di dalam pabrik Ala Willy Wonka. Atau Petualangan mencari harta karun yang menguras Adrenalin ke 11 Pabrik gula  Ala Indiana Jones.


Semua sudah ada di PTPN X……….

No comments:

Post a Comment