Monday 11 February 2013

Better Earth…… Better World….. Bersama Oxfam…..


Minggu kemarin saya mengajak beberapa keponakan berziarah ke makam kakek dan neneknya. Sengaja saya membawa anak-anak belia itu, untuk mengenalkan mereka pada leluhurnya. Komplek pemakaman leluhur mereka berada di sebuah bukit yang sejuk di ujung desa.

“ Wah… disini banyak kupu-kupu Om… aku seneng “ Salah seorang keponakanku berteriak gembira. Dipertengahan musim hujan seperti ini, komplek pemakaman memang dipenuhi lautan bunga gladiol dan beberapa bunga liar lainnya. Hingga mengundang banyak kupu-kupu datang.

“ Mengapa di komplek rumah kita sudah tak ada lagi kupu-kupu seperti disini ya Om? Coba kalau banyak kupu-kupu juga. Pasti lebih menyenangkan “ Keponakan saya bertanya lagi.
“ Di rumah kita panas kak! Kupu-kupu tak suka tempat yang panas! “ Keponakan saya yang lain mencoba memberi jawaban.

“ Mengapa rumah kita panas, tetapi disini tidak? “. Keponakan-keponakan saya saling berpandangan. Mereka tidak menemukan jawaban atas pertanyaan terakhir.
“ Itu karena perubahan iklim. Sehingga di beberapa tempat di bumi mengalami perubahan cuaca yang berbeda dengan tempat yang lain. Meskipun masih dalam satu wilayah “ Saya mencoba menjelaskan.

“ Oooooo……… “ Mereka hanya bisa berucap pendek. Entah mengerti atau tidak dengan apa yang saya katakan.


Perubahan iklim dunia, terjadi karena pemanasan bumi atau biasa disebut Global Warming. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat ± 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.
Meski masih menjadi perdebatan, namun meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan iklim dunia. Yang berakibat pula pada naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Lebih lanjut lagi, pemanasan global akan mempengaruhi hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

 Gas rumah kaca yang menjadi biang kerok, sebenarnya sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi. Karena tanpanya, bumi akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C , bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C dari suhunya semula. Jika tidak ada efek gas rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan planet ini.
Namun saat ini, gas rumah kaca yang antara lain berupa uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana. Mulai berlebihan berada di bumi akibat aktivitas manusia. Sehingga Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas malah tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.


Efek gas rumah kaca, bukan satu-satunya penyebab pemanasan global. Masih ada Efek umpan balik karena pengaruh awan, Umpan balik terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost), kurangnya kemampuan lautan untuk menyerap karbon, juga efek umpan balik dari variasi matahari.


Makanya sudah sejak lama, iklim bumi menjadi tidak stabil. Gunung-gunung es mulai mencair. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini.


Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin bertiup lebih kencang dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.


Pada masa pemanasan global ini, hewan-hewan di dunia cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
Perubahan cuaca dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas dan kematian. Cuaca panas dapat menyebabkan gagal panen, sehingga muncul kelaparan. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma.


Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Ada dua jalan yang mesti ditempuh yakni :
1.      Mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon)
2.      Mengurangi produksi Gas Rumah Kaca.


Untuk orang awam seperti kita, cara termudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon dapat menyerap banyak karbon dioksida dan memecahnya melalui fotosintesis, kemudian menyimpan karbon dalam kayunya. 

Hal lain yang bisa dilakukan adalah kembali ke alam. Hindari sebanyak mungkin menggunakan energi yang dihasilkan oleh bahan bakar yang berasal dari fosil ( minyak bumi, batu bara, dll ). Intinya manusia harus kembali menyayangi Bumi sepenuh hati.


Banyak cara dilakukan manusia untuk kembali menyayangi Bumi. Tidak hanya untuk dirinya saja, namun juga mengajak orang lain untuk berbuat yang sama. Seperti yang dilakukan, sekumpulan orang biasa di Oxford, Inggris tahun 1942. Mereka prihatin masalah kelaparan dan penderitaan yang dialami oleh warga sipil pada masa perang dunia kedua. Berangkat dari keprihatinan tersebut, mereka membentuk sebuah komite untuk membantu para pengungsi di Yunani.
Kelompok ini menamakan diri mereka, Oxfam Committee for Famine Relief (Komite Oxford untuk Bantuan Kelaparan) yang akhirnya disederhanakan menjadi Oxfam.


Saat ini Oxfam sudah menjelma menjadi sebuah Konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan, membangun masa depan yang bebas dari ketidakadilan akibat kemiskinan.


Di Indonesia Oxfam mulai berkiprah tahun 1957 untuk komunitas yatim piatu. Sekarang Oxfam bekerja sama dengan masyarakat untuk memerangi kemiskinan meliputi wilayah Indonesia bagian barat hingga timur. Oxfam ingin memastikan bahwa masyarakat Indonesia yang paling miskin dan rentan sekalipun, harus mendapatkan kesempatan dan  peluang.


Oxfam Indonesia ingin membangun ketahanan kaum miskin di Indonesia agar mampu mengatasi beragam goncangan, dan bencana. Termasuk efek dari perubahan iklim dunia.

Kembali ke keponakan-keponakan saya yang tengah asik bermain di tengah lautan bunga liar dan kupu-kupu. Saya mengurut dada. Merasa begitu prihatin dengan masa depan bumi ditangan mereka kelak. Apalagi begitu selesai membaca doa diatas pusara kakek dan nenek mereka, keponakan yang paling kecil berteriak.


“ Om bagaimana caranya mengajak semua kupu-kupu cantik ini ke rumah kita. Sayang kalau mereka hanya bermain di bukit sunyi ini…….. “


Semoga Oxfam bisa membantu mereka untuk menjadikan dunia menjadi lebih baik. Tidak hanya untuk manusia. Juga untuk penghuni Bumi yang lain. Seperti halnya kupu-kupu cantik yang diangankan keponakan saya.

No comments:

Post a Comment