Tuesday 6 October 2015

NGADAWEUNG DI WARUNG CARTIL – ALTERNATIF TEMPAT WISATA DI BANDUNG



Dulu Ane pernah makan malam di sebuah restoran yang bisa berputar di puncak sebuah hotel ternama di kota Bandung. Sambil makan kita disuguhi pemandangan indah kota Bandung dari ketinggian lewat dinding kaca disekeliling restoran. Kerlap-kerlip lampu malam tak mau kalah dengan kerlip bintang di langit. Hidangan nikmat dan suasana yang romantis membuat  ane enggan beranjak. Teknologi modern yang disandingkan dengan keindahan membuat TEMPAT WISATA DI BANDUNG semakin mempesona.

Memandang keindahan Bandung di waktu malam juga menjadi sebuah pengalaman tersendiri ketika ane makan malam di sebuah restoran puncak bukit di daerah Dago Pakar. Entah kenapa, ane memang menyenangi suasana tenang yang jauh dari hiruk pikuk banyak orang. Bahkan restoran di Dago Pakar ini sering menjadi salah satu setting lokasi tulisan-tulisan ane. Beberapa pembaca bahkan sempat bertanya, mengapa suka sekali dengan tempat ini. Tentu saja salah satu alasan ane, karena yang datang ke tempat ini bisa melihat kota Bandung dalam nuansa berbeda di malam hari. Nyang punya tempat nyadar gak yee, tempatnya jadi terkenal salah satunya berkat novel Ane? Hehe.. Ya Tuhan semoga nyadar dan meng-endors ane supaya bisa makan malam gratis #edisingarep.com.

Pengembaraan Ane di Bandung berlanjut ketika di satu akhir pekan, sohib jalan-jalan ane mengajak ke satu tempat di Bandung Timur.  Sengaja doski membawa motor jenis trail. Sebenarnya ane gak begitu suka dengan suaranya yang bising. Maklum, gini-gini ane termasuk cowok rapi yang senang semuanya terorganisir dan bikin nyaman mata, telinga dan jiwa.. haha jadi lebay. Tapi dia cuma bilang kalau pake motor biasa gak leluasa untuk sampai di Puncak Bintang.

Mendengar nama Puncak Bintang, tentu saja membuat ane semangat. Dalam bayangan ane tentu saja suasana melihat Bandung di waktu malam di awal tulisan tadi langsung berloncatan mengelilingi kepala. Sohib ane malah memanas-manasi kalau semua pengalaman ane melihat Bandung di waktu malam gak ada artinya kalau belum merasakan nikmatnya ngadaweung (melamun sambil lihat pemandangan) di Bukit Moko. Mendengar perkataannya, ane langsung jatuh cinta pada bising knalpot motor trailnya.. lah..? finally sisi brutal maskulin ane keluar juga.

Perjalanan kami awali dari Jalan Padasuka, deket terminal Cicaheum Bandung. Untungnya syuting sinetron Preman Pensiun di terminal itu lagi break. Jadi gak ada kemacetan panjang. Motor kami melaju lancar membelah jalanan, lalu belok kanan ke Jalan Padasuka. Jalanan sekitar 3 meter itu harus dilalui dengan hati-hati. Banyak anak-anak yang bermain di depan rumah pinggir jalan. Polisi tidurnya lumayan banyak. Perjalanan mulai lengang ketika lewat Saung Angklung Udjo. Namun berganti dengan jalanan yang menanjak. Motor terus di gas hingga sampai di warung-warung Caringin Tilu (Cartil).
 
Sohib ane melajukan motornya ke salah satu warung. Ternyata sudah banyak pengunjung yang sama-sama sedang menikmati senja di akhir pekan. Suasana damai langsung menyergap. Ane merasa menyatu dengan alam sekitar. Dari bale-bale Bambu di belakang warung, Ane bisa memandang kota Bandung dan sekitarnya. 

Hamparan ladang sayuran terbentang sejauh mata memandang di bawah bukit. Nun jauh di seberang sana, kota Bandung dalam lanskap indah yang dikelilingi gunung-gunung. Membuat mata enggan beranjak dari semua keindahan yang terhidang. Ngadaweung di Warung Cartil memberi arti baru mengenai nuansa alternatif TEMPAT WISATA DI BANDUNG.

No comments:

Post a Comment