Friday 11 October 2013

Be Happy… Dan Buatlah KEAJAIBAN





" Dunia ini dipenuhi oleh manusia yang seperti lobster. Mereka seolah terjebak di bawah batu penundaan dan keraguan mengambil keputusan penting, yang membuat mereka lebih suka menunggu keajaiban dan keberuntungan datang daripada mengerahkan segala daya upaya agar bisa terbebas."- Orison Swett Marden.
Entrepreneur sejati tidak boleh terjebak terlalu lama dalam kebiasaan menunda dan keraguan. Mereka harus yakin dengan keputusannya dan berpendirian teguh.  Berhenti menjadi lobster yang terjebak selamanya di bawah batu!
Selamat memulai hari, entrepreneur Indonesia. Salam IPE!

Entrepreneur selalu identik dengan sesuatu yang “BARU’. Bisa sebagai :
1.      Penemu : menemukan konsep / produk baru
2.      Inovator : menggagas dan menerapkan teknologi baru untuk mengatasi satu masalah.
3.      Marketer : melakukan terobosan pasar untuk mencari celah pemasaran suatu produk.
4.      Oportunis : memanfaatkan peluang yang ada dan menyulapnya menjadi sebuah kesempatan memasarkan jasa.
Secara faktual dilapangan, Entrepreneur selalu dihubungkan dengan lahirnya usaha baru. Ada yang melakukannya sendirian, atau berkelompok. Pelakunya beragam, mulai dari seseorang yang belum pernah menjadi karyawan, hingga yang sudah jenuh menjadi manusia upahan.

 
Untuk Karyawan yang memutuskan menjadi Entrepreneur memang tidak mudah. Apalagi disaat karir seseorang di satu perusahaan sedang merangkak matang. Makanya kebanyakan memilih melanjutkan sesuatu yang sudah ada, tak perlu repot memulainya kembali. Beda dengan seseorang yang terlibat krisis, dipecat, atau bahkan terlilit utang. Biasanya memicu dia untuk kembali memulai hidupnya kembali. Pilihannya tentu pada usaha sendiri.
Bermodal kenekadan, biasanya akan dengan mudah memulai usaha baru. Dengan memanfaatkan peluang yang tiba-tiba ada. Atau terdesak karena kebutuhan ekonomi. Udara memang gratis. Tapi tubuh manusia tak bisa kenyang dengan udara.


Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis. Mulai populer sebagai kosa kata baru dalam bahasa Inggris sekitar tahun 1852. Muncul di saat para pelaku ekonomi Eropa tengah berjuang menemukan beragam usaha baru. Meliputi sistem produksi, pangsa pasar dan sumber daya. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kejenuhan berbagai usaha yang telah ada.
Saya tertarik memulai usaha Cookies Lebaran disaat pangsa pasar sudah jenuh. Artinya sudah lebih dahulu dikuasai brand-brand professional dan amatir dengan beragam produk yang luar biasa. Yang jadi keyakinan saat itu hanyalah MOMENT. Saat hari raya tiba, hampir semua umat muslim mencari dan memerlukan kue lebaran. Tak peduli kalangan berada, yang paling miskin sekalipun bela-belain mengada-adakan. Bagi mereka, moment sekali setahun. Kapan lagi terjadi, siapa tahu tahun depan sudah tak ketemu lagi lebaran.
Berangkat dari sebuah Momentum  itulah, usaha saya dimulai. Awalnya sangat sulit..? Tentu saja! Kalau mudah, semua orang pasti menjadi pengusaha. Apalagi modal dengkul, yakni tanpa modal sama sekali. Kok bisa..? Inilah cara saya mengalahkan dunia. Inilah yang saya namakan dengan seorang Entrepreneur.
Cara yang saya terapkan adalah dengan system tabungan Lebaran. Bila orang lain melakukan tabungan paket sembako. Saya menerapkan produk jadi, yakni cookies lebaran. Praktis dengan begitu modal saya hanya brosur. Untuk modal bahan baku dan tetek bengek lainnya, dibiayai oleh dana tabungan Lebaran yang disetor konsumen.
Tahun pertama cukup sukses. Tapi untuk tahun selanjutnya, cara yang saya lakukan banyak ditiru orang. Terbukti dengan banyaknya usaha serupa. Tentu saya bukan pengecut yang berhenti begitu saja. Inovasi baru terus dilakukan diantaranya :
1.      Diversifikasi produk
2.      Perluasan marketing yang agresif
3.      Penyempurnaan kemasan
4.      Program After Sales service


Usaha apapun ujung-ujungnya adalah KEPERCAYAAN. Konsumen akan tetap setia jika produk yang ditawarkan bagus dan sesuai selera mereka. Untuk itulah point nomor empat mutlak diperlukan.
Untuk itulah seorang Entrepreneur harus memiliki karakter:
               F (Focus) untuk fokus,
             A (Advantage) untuk keuntungan,
C (Creativity) untuk kreativitas,
E (Ego) untuk ego,
T (Team) untuk tim,
S (Social) untuk sosial.
( referensi :Wikipedia )


Menjadi Entrepreneur, berarti memutuskan untuk membuat sebuah kemerdekaan untuk diri sendiri. Dan kemerdekaan identik dengan sebuah kebebasan yang membahagiakan. Ada banyak tolok ukur yang mendefinisikan kebahagiaan. Orang boleh saja berkata, Uang tak dapat membeli kebahagiaan. Tapi mengapa orang yang punya uang terlihat lebih bahagia ?


Mengutip kembali ( Inspirasi By Ciputra )
"Kebahagiaan bergantung pada diri kita sendiri."- Aristoteles
Entrepreneur mestinya memiliki tanggung jawab pribadi atas kebahagiaan dirinya.
Ada kalanya entrepreneur perlu lebih memperhatikan kebahagiaan dirinya sebelum orang lain di sekelilingnya. Bukan berarti ia egois, tetapi karena dengan membahagiakan diri dulu, seorang entrepreneur akan lebih dapat banyak membawa kebahagiaan bagi orang lain. Kebahagiaan diri adalah tanggung jawab Anda sendiri.
Salam entrepreneurship!
Be a HAPPY Entrepreneur!

No comments:

Post a Comment