Sebenarnya
tak pernah ada niatan sedikitpun dibenak saya untuk menjadi seorang guru. Meski
dulu saya pernah mengenyam pendidikan guru. Tahu metode Paedagogik dan kenal
beberapa buku psikologi terkenal karangan Carl Gustaf Young dan sebangsanya.
Beberapa istilah psikologi pendidikan pun masih kenceng dalam ingatan saya.
Hingga
kemudian saya ketemu Bu Dea. Seorang teman kakak saya yang sehari-hari
profesinya menjadi pedagang di pasar Tanjungsari-Sumedang. Dia mengeluh bahwa
anaknya yang sudah kelas dua SD belum bisa membaca dan menulis.
Saya
tak habis pikir, apa saja yang dilakukan dia dan juga gurunya selama tiga jam
didalam kelas. Benar-benar tak masuk akal. Saya pun berseloroh pada kakak bahwa
saya bisa membuat anak itu bisa membaca dalam jangka waktu 24 kali pertemuan.
Rupanya
candaan saya disampaikan kakak pada Ibu Dea. Dia pun meminta pertanggungjawaban
untuk membuktikan kata-kata saya. Tentu saja saya jadi kalang kabut sendiri.
Kok candaan, bisa dianggap serius oleh mereka.
Karena
Bu Dea terus mendesak. Saya pun dengan sedikit terpaksa menyanggupinya. Lagian
butuh juga duitnya untuk tambahan biaya semester. Pekerjaan saya akhir-akhir
ini sepi klien. Jadi lumayanlah.
Pertemuan
pertama dengan anak itu, namanya Galih.
Menyisakan beragam tanya didalam benak saya. Apa sebenarnya yang dilakukan
seorang guru di dalam kelas setiap hari. Galih memang terkesan nakal, tapi
cukup kooperatif jika diminta melakukan sesuatu sesuai kehendak saya. Menurut
pemahaman saya, Galih hanya butuh sedikit perhatian saja untuk membuatnya
menjadi bersemangat untuk menaklukan dunia (
haha lebay ya..)
Tapi
itulah kenyataannya.
Selama ini Galih hanya bertemankan seorang pembantu yang sudah sepuh
dirumahnya. Bu Dea dan suaminya sibuk menjalankan usaha tokonya di pasar. Pergi gelap, pulang pun gelap.
Tujuh hari dalam sepekan. Jadi tak pernah memperhatikan Galih dan adik-adiknya.
Beruntung Galih
pun tidak terlewat nakal seperti yang banyak digambarkan di sinetron-sinetron.
Dia hanya ‘sedikit’ nakal. Dan itu menurutku wajar-wajar saja. Galih hanya
butuh sebuah sentuhan yang akan mengembalikannya pada jalan yang benar.
Singkat
kata dengan metoda kartu huruf yang saya perkenalkan. Dalam waktu 16 kali
pertemuan, Galih sudah bisa membaca meski masih patah-patah. Namun dia sudah
mulai tertarik untuk membaca setiap tulisan yang ditemukannya dimanapun. Saya
senang. Keberhasilan Galih ternyata berawal dari sebuah candaan
saya yang sedikit konyol.
Saya
memenuhi janji pada ibu Dea. Hanya tiga bulan mengajar Galih secara privat.
Beliau sangat kecewa dengan keputusan saya meninggalkan Galih yang mulai gemar
membaca. Namun
hidup saya harus tetap berlanjut untuk kembali memuaskan semua klien dengan
desain-desain saya.
Saya
hanya berharap pada sahabat-sahabat saya. Semua guru dimanapun. Untuk
menyayangi semua anak di sekolah. Tak peduli dengan latar belakang apapun. Yang
pintar, yang nakal, yang bersih, yang kumal, dll. Semua adalah anak-anakmu di
dalam kelas.
Beragam
ilmu psikologi yang pernah kalian pelajari di sekolah guru, menjadi tak ada
artinya kalau kalian belum mampu menaklukan murid-muridmu dengan ilmu yang
telah kalian pelajari. Memang sangat sulit, bahkan terkadang menguras emosi.
Membuat tensi darah naik ke ubun-ubun. Tapi terimalah, karena itu profesi
kalian.
Berilah
semua muridmu sebuah sentuhan sederhana. Agar dia bersemangat untuk menaklukan
dunia dan seisinya. Ajaklah mereka untuk bermimpi secara sederhana. Biarkan
mereka menjelajah dunia lewat pola pikir sederhananya.
Tak
perlu membuat mereka tampil seperti orang
dewasa. Karena mereka masih anak-anak. Bersikaplah yang lembut dan hangat. Tak
perlu jaga image untuk menunjukkan kekuasaanmu sebagai seorang guru yang patut digugu dan ditiru. Karena mereka tahu
bahwa kau adalah gurunya yang perlu mereka hormati sepenuh hati.
Murid-muridmu adalah sosok mini dari manusia dewasa. Dia
bukan seonggok daging tanpa makna. Mereka manusia sempurna yang berpikir dan
bertindak lewat pola pikirnya yang masih sederhana. Tugas seorang gurulah untuk
menyempurnakan semuanya menjadi sempurna.
Hingga
mereka mampu berdiri tegar untuk menaklukan dunia.
No comments:
Post a Comment