Bermula
dari seringnya pulang malam sehabis bekerja tujuh tahun lalu. Aku mengenal Alfamart. Kota kecil kami di Tanjungsari – Sumedang, memang
baru dimasuki dua gerai mini market berlainan label. Letak keduanya hanya
dipisahkan oleh Mesjid Agung Tanjungsari. Salah satu mini market itu bernama Alfamart.
Meski
tidak tampak
aroma persaingan untuk menjaring pelanggan, namun aku yakin keduanya terpaksa
untuk melakukan hal itu. Aku sendiri sering membandingkan kedua mini market
itu. Menimbang-nimbang kelebihan dan kekurangan diantara keduanya.
Akhirnya
aku jatuh cinta pada Alfamart.
Pertama karena jam tutupnya lebih malam ketimbang mini market saingannya. Hal
ini sangat menguntungkanku karena biasanya baru sampai di Tanjungsari sekitar
pukul 21.00 dari kantorku di Bandung.
Jadi aku masih bisa berbelanja harian yang kecil-kecil. Untuk melengkapi isi
lemari es yang isinya sudah berkurang.
Lagian
aku sendiri kurang senang berbelanja bulanan seperti yang lain. Kesannya
seperti ibu-ibu. Menenteng tas kresek kiri kanan. Risih juga kalau bertemu
kenalan dan digodain macam-macam. Maklum di kota kecil seperti ini, masih banyak orang
yang suka Keipo pada urusan orang lain. Bisa turun pasaranku sebagai
lelaki yang masih lajang, haha….
Kedua,
Pelayanan penjaga tokonya yang sedikit lebih ramah dibanding mini market yang
lain. Dari pramuniaga sampai kasir selalu memperlakukanku bak seorang raja.
Mereka tak segan minta maaf kalau barang yang kubutuhkan stoknya kurang atau
tidak ada. Termasuk bila aku meminta barang yang sama seperti yang terpajang di
rak, namun kualitas yang terpajang kurang baik. Pramuniaga dengan senang hati
mengambilnya dari gudang.
Ketiga,
dengan adanya Kartu Aku Alfamartku.
Pertama ditawari, aku tak tertarik. Karena waktu itu dompetku sudah
penuh dengan beberapa kartu kredit dan kartu member yang lain. Jadi untuk apa
menambahnya dengan kartu serupa. Kartu-kartu yang sudah kupunyaipun jarang
sekali digunakan. Hanya untuk sedikit menaikkan gengsi saja saat membuka dompet
didepan banyak orang, hehehe…narsis dikit.
Namun sang
kasir tak pernah kehabisan akal menerangkan banyak kegunaan Kartu Aku Alfamartku. Membuat
pertahanan egoku runtuh dan menjadi member. Bila dipikir lumayan juga, bisa
dapet discount di beberapa barang. Apalagi saat berbelanja banyak untuk
kebutuhan pesta kakakku. Kartu
Aku Alfamartku menjadi begitu menolong karena
bisa menghemat beberapa ratus ribu.
Karena
tiga alasan itulah, aku menemukan Cinta
Pertamaku pada mini market Alfamart.
Sayang, beberapa tahun kemudian gerai
Cinta Pertamaku itu tutup. Entah apa
sebabnya. Padahal aku telanjur Jatuh
Cinta padanya. Dialah saksi perjalanan hidupku yang selalu
pulang malam dari kantor.
Aku
pun kehilangan.
Lima tahun kemudian, gerai Alfamart
baru, muncul di depan Pasar Tanjungsari. Aku bersiap menyambutnya karena
serasa menemukan kembali Cinta
Pertamaku. Aku mulai rajin menyambanginya. Bersiap untuk CILABEKAM padanya. Ya.. Cinta Lama Bersemi Kembali..
Namun ada yang
lebih menggelitik lagi dibenakku tentang CILABEKAM-ku
itu. Kali ini aku tak mau kehilangan dia lagi. Bahkan aku ingin memiliki dia
seutuhnya. Untuk lokasi tak masalah, aku sudah punya sebidang tanah di pinggir
jalan yang cukup ramai. Dari masalah prosedur, sepertinya cukup mudah dan tak
berbelit.
Tapi
aku harus bersabar sejenak, kembali menabung untuk modal yang lain seperti
gedung dan sebangsanya. Yang pasti aku sudah tak sabar untuk mempersunting Cinta Pertamaku. Seperti motto yang ada di
kartu Kartu Aku Alfamartku.
Bukti
Kasih Untuk Anda.
Siapa bisa membantu….?
No comments:
Post a Comment