Pertama kali mengenal
Serena Egg Roll, tahun 1999. Saat bersilaturahmi lebaran ke rumah teman SMA.
Saya tak henti menggasak Serena Egg Roll kalengan yang disuguhkan sang empunya
rumah. Terkadang saya suka lupa diri saat menemukan makanan baru. Jiwa muda
menyebabkan penyakit “Muka Tembok”
saya kambuh. Tak henti menyuap batang demi batang. Hingga hampir seperempat
kaleng, Serena Egg Roll berpindah tempat ke perut saya.
Dulu, keluarga kami
hidup lumayan menyedihkan. Penghasilan keluarga hanya dicukup-cukupin untuk
memenuhi kebutuhan primer saja. Yang penting bisa makan sederhana yang sehat.
Berpakaian sederhana yang layak. Juga sekolah tetep lancar karena tak pernah
nunggak SPP.
Tak ada dana berlebih
untuk membeli makanan yang cukup mahal menurut ukuran keluarga kami waktu itu.
Seperti halnya Serena Egg Roll. Belum ada kemasan kecilnya masuk ke kampung
kami. Serena Egg Roll hanya boleh dibeli per kaleng. Waktu itu kalengnya
berbentuk segi empat warna hitam.
Selepas SMA dan mulai
bekerja. Saya baru mampu membelikan keluarga, sekaleng Serena Egg Roll saat
hari raya lebaran. Semua anggota keluarga begitu menyukainya. Terutama Ibu. Beliau suka sekali
tekstur Serena Egg Roll yang lembut dan renyah. Kata Ibu, kue-nya mirip kue
semprong. Jajanan masa kecil beliau. Rasanyapun tidak terlalu manis. Jadi pas
buat Ibu.
Ibu tak pernah meminta
saya untuk membelikan kembali Serena Egg Roll kesukaannya. Beliau tahu, harga
kue itu lumayan mahal buat ukuran dia. Meski begitu, saya tahu, beliau suka
sekali dengannya. Saya bertekad dalam hati, bila suatu saat punya uang kembali.
Ingin membelikannya. Saya ingin membahagiakan Ibu, dan melihat senyumnya yang
riang saat memeluk kaleng Serena Egg Roll pemberian saya.
Ibu tak perlu meminta
lewat kata-kata. Karena bagi saya, apalah arti sekaleng Serena Egg Roll,
dibanding perjuangannya untuk kami. Dengan cinta kasihnya, Perempuan sederhana
ini meluahi kami dengan semua kegembiraan. Saya ingin membahagiakan Ibu. Kalau
perlu, saya akan berusaha keras agar bisa membelikan Ibu sekaleng Serena Egg
Roll setiap hari. Meski Ibu tak pernah memintanya.
Namun keinginan saya
hanya sebatas impian. Tetap saja baru bisa membelikan Ibu sekaleng Serena Egg
Roll pada saat Hari Raya Lebaran saja. Yang saya ingat, Mata Ibu selalu
berkaca-kaca saat menerima sekaleng Serena Egg Roll itu dari tangan saya.
Sekarang, Ibu sudah menghadap
Yang Kuasa. Saya tak mungkin membelikannya lagi sekaleng Serena Egg Roll di
hari raya. Meskipun saat ini saya bisa membelikan beliau lebih dari sekaleng.
Bahkan setiap hari pun saya mampu membelikannya. Sungguh… saya menyesal karena
tak mampu lagi untuk membahagiakannya ?
Bagi kami, Serena Egg
Roll adalah My Last Witness. Dia
saksi terakhir atas cinta saya pada Ibu.
No comments:
Post a Comment