a.
History
Gula
adalah karbohidrat sederhana yang paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal
sukrosa padat. Benda ini digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis. Gula
diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Negara-negara penghasil gula
terbesar adalah negara dengan iklim hangat seperti Australia,
Brasil, dan Thailand.
Indonesia
pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an. Namun kemudian
tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula
yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan
gula yang diproduksi negara maju.
Sumber
gula di Indonesia
sejak masa lampau adalah nira kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu
adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur. Ketika Belanda
mulai membuka koloni di Pulau Jawa, kebun-kebun tebu mulai dibuka oleh tuan-tuan
tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia,
lalu berkembang ke arah timur.
Puncak
kegemilangan perkebunan tebu Indonesia,
dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan
produksi tiga juta ton gula per tahun. Pada tahun 1957 semua pabrik gula
dinasionalisasi dan pemerintah meregulasi industri ini. Situasi swasembada gula
menjadi berbalik sejak 1967. Indonesia
berganti peran menjadi pengimpor gula sejak tahun itu hingga sekarang.
Geliat
industri gula di Indonesia menjadi semakin menarik.
Karena sudah berakar kuat sejak tahun 1700-an. Didalamnya ada sejarah, air
mata, perjuangan, kesedihan dan semangat kemerdekaan. Bila ditarik satu
kesimpulan, gula mempunyai Nationalism Spirit. Bukan hanya
karena wujudnya yang terasa manis dilidah. Namun lebih dari itu, Nationalism
Spirit didalamnya harus disebarluaskan. Tidak hanya dalam bentuk
produk. Tapi dalam bentuk perjalanan wisata
yang menakjubkan.
b.
Tourism Profille
Saya
jadi inget satu film Hollywood
yang berjudul Charlie and the Chocolate Factory. Film
itu berkisah tentang Charlie Bucket yang mengikuti sebuah tur
mengasikkan di pabrik coklat milik Willy Wonka. Charlie adalah anak miskin yang
beruntung diundang Willy Wonka, setelah mendapat golden ticket dari coklat bar
yang dibelinya. Jutaan anak di luar sana
berharap mendapatkan golden ticket dalam coklat bar yang dibelinya. Namun hanya lima golden ticket yang di sebar dalam sekian
juta coklat bar.
Charlie
dan ke-empat anak lain, mengalami banyak peristiwa yang menakjubkan saat berada
dalam pabrik Willy Wonka. Dari mesin-mesin yang canggih, Oompa Loompas ( karyawan pabrik coklat bertubuh kerdil dan
berkulit oranye ), sampai hadiah menarik yang disebut Everlasting Gobstopper. Yakni
sebuah permen ajaib yang tidak bisa habis meski mencair di mulut, juga tidak bisa hilang rasa
manisnya.
Terinspirasi
dari film itu, Wisata
Pabrik gula harus mempunyai
kemasan yang menarik. Didalamnya harus terdapat unsur-unsur USABLE yang membuat pengunjungnya datang dan datang
lagi. USABLE
merupakan akronim dari :
1.
Unique
Sebagai
lokasi Heritage. Pabrik gula yang merupakan koloni PTPN X, sudah memenuhi unsur
Uniqe Heritage. Terbukti dengan asset yang dipunyai Watoetoelis, Toelangan,
Kremboong (ketiganya di Sidoarjo), Gempolkrep (Mojokerto), Djombang Baru,
Tjoekir (Jombang), Lestari (Nganjuk), Meritjan, Pesantren Baru, Ngadiredjo (Kediri)
dan Modjopanggoong (Tulungagung). Semuanya mempunyai keunikan tersendiri.
Yang
kurang hanyalah kemasannya yang belum mempunyai Brand Image International. Apa
gunanya kondisi bangunan dan mesin produksi berumur ratusan tahun kalau hanya
sebatas benda. Mereka perlu ditangani dan disulap menjadi sesuatu yang menarik oleh
ahli yang tepat.
Pengambil
kebijakan di PTPN X memerlukan konsultan wisata
international yang mampu menyulap 11 pabrik gula Jaman Baheula itu menjadi
sebuah tujuan wisata
yang menakjubkan. Berwisata di pabrik gula bukan hanya naik lori berusia
ratusan tahun berkeliling pabrik. Wisatawan
harus mendapatkan yang lebih dari itu.
Bila
wisata
Heritage hanya seputar itu saja, lambat laun akan tersisih dengan sendirinya. Karena Wisata seperti ini menjemukan
dan tidak prestisius lagi. Wisatawan akan
beralih ke tempat wisata
lain. Bukankah kejadian seperti ini sudah bisa dilihat bukti konkritnya. Betapa Museum
sudah bukan menjadi tujuan wisata pavorit
lagi. Dia hanya saksi bisu yang sudah ditinggalkan orang.
2.
Surprise
Dalam
pengemasan satu lokasi wisata.
Harus memberikan efek surprise untuk pengunjungnya. Wisatawan
harus diberikan efek kejutan yang menakjubkan dari 11 lokasi pabrik gula yang
dijadikan tempat wisata.
Misalnya :
-
Wisatawan diajak berwisata ala Indiana Jones. Program wisata dibuat seperti
menyusuri peta harta karun. Di setiap pabrik ada clue-clue tertentu yang
menjebak wisatawan untuk mengikuti perjalanan wisata sampai habis di
11 pabrik.
- Wisatawan disuguhkan
satu kemasan wisata
yang tak terlupakan. Tak ada salahnya mengkoordinir pemandu wisata yang spesial. Seperti Oompa Loompas di film Charlie and the Chocolate Factory.
Pengelola wisata
bisa memberdayakan seniman setempat.
3.
An-Educative
Lokasi
wisata harus
memberikan sesuatu untuk pengunjungnya saat mereka pulang. Wisatawan harus mendapat pencerahan dari
tempat yang sudah dikunjunginya.
Wisata pabrik gula bisa
memberikan lebih dari sekedar pengetahuan tentang proses pembuatan gula. Dia
harus menghadirkan satu kerangka edukasi baru untuk pengunjungnya. Ada elemen yang harus
disugestikan sebagai bentuk edukasi baru. Seperti :
-
Semangat kebangsaan
-
Semangat Petualangan
-
Semangat bekerja
-
Semangat melestarikan Heritage, dll
4.
Based On Human
Kultur
timur, khususnya Indonesia, terutama
suku Jawa. Terkenal dengan sifat humanisnya. Itu zaman dulu. Entah sekarang.
Kultur asing yang individualis
telah banyak merusak kearifan budaya lokal. Disadari atau tidak, kebijakan
penguasa tentang apapun terkadang mengesampingkan paham kemanusiaan. Banyak kebijakan
hanya berlatar politik dan untung rugi dari segi bisnis.
Kebijakan demikian, lambat laun akan menuai
badai yang dibuatnya sendiri. Semakin lama, manusia Indonesia
semakin cerdas dan kritis. Contoh konkrit seperti kebijakan buruh, atau
kebijakan pendidikan. Undang-undang yang mengatur itu semua, kian hari kian
menuai banyak kritikan. Didemo dimana-mana. Membuat para pengambil keputusan di
level atas kalang kabut.
Untuk
itulah, pengelolaan wisata
Heritage PTPN X harus berdasarkan manajemen yang humanis. Seperti apakah itu ?.
Tentu Perencanaan, Pengelolaan, Pengawasan dan Follow Up Wisata heritage ini
harus merapat ke rakyat. Dapat dirasakan manfaatnya oleh penduduk setempat dan
masyarakat Indonesia
pada umumnya. Tidak hanya menguntungkan bagi pedagang saja. Tapi menjadi
keuntungan bagi masa depan bangsa ini.
5.
Ligthsome
Secara
etimologi, Ligthsome
artinya suka cita atau bersenang hati. Segala aspek yang menjadikan pabrik gula
koloni PTPN X harus bermuara pada satu tujuan. Yakni kebahagiaan. Baik untuk
pengunjungnya. Atau pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
Banyak
kejadian, sisi bonus dari satu usaha
“sampingan”. Hanya membahagiakan
pihak-pihak tertentu. Tidak menjangkau semua kalangan yang terlibat di “main” usaha itu sendiri. Tidak menambah benefit malah menambah pekerjaan.
Upahnya hanya terima kasih.
Untuk
itu Pengelolaan wisata
heritage pabrik gula harus menghasilkan benefit yang membuat semua pihak
bahagia. Jangan sekedar menjadi Thank You Project
semata.
6.
Everlasting
Usaha wisata
dimanapun, selalu berakhir saat mencapai titik jenuh. Tempat wisata baru, hanya memunculkan uforia
sesaat. Selanjutnya tenggelam ditengah para pesaing baru yang menawarkan
gagasan yang lebih segar.
Untuk
itulah diperlukan Konsultan dan tim RnD yang hebat. Untuk menjadikan projek wisata Heritage ini
menjadi Everlasting
(abadi). Pesonanya bisa tetap dinikmati dan dirindukan setiap wisatawan yang pernah mengunjunginya. Hingga
akan kembali lagi dan lagi.
c.
Management
Sebaiknya
pabrik gula yang digunakan untuk tujuan wisata
Heritage. Dibuat terpisah dengan pabrik gula yang digunakan untuk tujuan
komersil. Manajemennya pun harus dibuat terpisah. Didalamnya mesti dihuni oleh orang-orang yang
mempunyai turism passion.
Tidak
boleh mengelola proyek ini dengan cara-cara seadanya. Mengandalkan tenaga yang
asal-asalan demi mengejar prinsif ekonomi. Bila begitu adanya, Side Project ini
tak akan berkembang karena dikelola tidak profesional.
Untuk
urusan Pleasure. Kesederhanaan hanya dirindukan
sesaat. Selanjutnya, tetap saja wisatawan
akan mencari sesuatu yang prestisius dan membuat kenyamanan tingkat tinggi.
Bagi mereka, budget sudah tak akan lagi jadi tolok ukur. Lha wong mereka punya duit
kok.
d.
Marketing
Sepertinya
sudah gak jaman lagi bekerjasama dengan sekolah-sekolah atau instansi tertentu
dalam menjaring wisatawan.
Cara basi yang kampungan itu hanya memunculkan efek negatif saja terhadap image tempat wisata. Kesannya menjadi “cara paksa” seperti kerap dilakukan
oleh rezim penguasa tempo dulu.
Ini
zaman Reformasi Mas! Cara pemaksaan seperti itu hanya dilakukan oleh pengusaha
yang tak percaya diri. Karena produk yang ditawarkannya berkualitas rendah,
kacangan dan bermutu abal-abal. Saatnya mencari terobosan baru dalam strategi
marketing. Caranya? :
1.
Focus On Stranger Tourist
Mayoritas bangsa ini, terlampau silau dengan bangsa lain.
Terlalu luar negeri minded. Segala yang berbau luar negeri, pasti menjadi tren
yang digemari. Tak peduli sesuai atau tidak. Baru sadar setelah tren yang
diikutinya ternyata kampungan.
Pangsa pasar yang terbesar untuk wisata ini sebenarnya turis local. Namun
keberadaan mereka seolah segerombolan hantu yang sulit ditangkap. Mereka
kebanyakan lebih tertarik untuk bergerombol di mal.
Untuk menjaring mereka harus dipancing sebuah Tren dulu.
Buatlah wisata
adventure pabrik gula ini menjadi Tren di kalangan turis mancanegara. Menjadi
Trending Topic di twitter atau diulas di media-media asing sebagai tujuan wisata yang menakjubkan.
Bikin ‘skandal’ yang menghebohkan hingga membuat semua
mata melirik. Setelah media asing dan turis mancanegara berbondong-bondong
berwisata, selanjutnya tinggal tunggu waktu. Turis lokal juga akan
berbondong-bondong datang.
Bukankah hal itu pula yang terjadi pada Pulau Komodo, Raja Ampat, Bunaken dan
Takabonerate ?
2.
Make a Movie
Cara simpel namun cukup menjanjikan. Menggandeng produser
film untuk datang. Mengundang media televisi untuk berkunjung ke lokasi wisata. Lihatlah, Belitung
menjadi menggeliat iklim pariwisatanya pasca film Lasykar Pelangi dirilis. Orang-orang
jadi penasaran. Bagaimana sebenarnya kehidupan di Belitung
setelah menonton film ini.
3.
Joint With Torism Agent
Untuk lebih mempermulus usaha promosi, sebaiknya melakukan
kerjasama dengan agen turisme di seluruh dunia. Akses-akses kearah sana cukup mudah karena
dunia sudah terhubung dengan sendirinya lewat dunia internet.
4.
Exhibition
Jangan pelit untuk menjemput wisatawan secara langsung. Mengikuti
pameran-pameran wisata akan sangat membantu
menarik wisatawan.
Terutama pameran yang bersifat international.
Berangkat
dari itu semua. Rasanya tidak salah kalau sudah saarnya mereformasi wisata Heritage menjadi
sesuatu yang lebih menarik, menakjubkan dan menantang Adrenalin. Tinggal pilih
yang mana. Wisata penuh kejadian menakjubkan
di dalam pabrik Ala
Willy Wonka. Atau Petualangan mencari harta karun yang menguras Adrenalin ke 11
Pabrik gula Ala Indiana Jones.
No comments:
Post a Comment