Awal
tahun baru 2013 saya diundang seorang sepupu untuk bertandang ke rumahnya yang
masih porak poranda. Kebetulan, dia baru saja membangun rumah baru. Biasa….
Hampir 75 persen dana membangun rumah disokong oleh sang mertua.
Sebelumnya,
saya memang pernah diminta untuk merancang rumah impiannya. Sebagai saudara
yang cukup dekat, saya tentu menyempatkan waktu untuk memenuhi permintaannya,
disela-sela kepadatan waktu kerja. Dan menghadiahinya sebuah rancangan rumah
sederhana yang cukup cantik.
Sayang,
rumah baru yang diimpikan itu belum sepenuhnya rampung. Sokongan dana dari sang
mertua mandeg ditengah jalan. Karena berebutan dengan kepentingan lain yang tak
kalah urgent. Rumah baru pun menggantung. Istilah Sundanya, “ Ngan
iuh wungkul…” ( Hanya cukup untuk
berteduh ). Masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan. Kelihatannya
memang pekerjaan kecil, namun finishing
touch inilah yang cenderung menyedot dana yang cukup besar.
Saat
ditemui, sepupu saya malah berkelakar dengan wajah muram bahwa dirinya terkena syndrome orang-orang yang sedang
membangun rumah. Yakni Kuriak ( Awak kuru, banda beak ( Istilah sunda: Badan kurus kering, harta
benda habis ). Saya menghiburnya dengan berkata bahwa :
“ Yang penting meski duit abis, tapi ada
buktinya. Bukan abis dipakai untuk berfoya-foya! “
Sepupu
sayapun hanya tersenyum sambil menghela nafas panjang. Dia bergumam, ingin
sekali menyelesaikan rumahnya sesegera mungkin. Biar cukup layak untuk
ditempati. Minimal pekerjaan fisik selesai semua. Biarlah mempercantiknya
belakangan saja. Sedikit-sedikit jika dananya mulai ada.
Namun
masalahnya tidak sampai disitu saja. Dia mempunyai anak yang sudah kelas tiga
SMP. Sebentar lagi harus masuk SMA. Tentunya membutuhkan biaya masuk sekolah
yang cukup besar pula. Apalagi sang gadis kecil bercita-cita masuk sekolah
pharmasi. Uang masuknya lumayan menguras kantong, untuk pedagang kecil seperti
dia.
Sehari-hari,
sepupu saya berjualan penganan tradisional turun temurun di sebuah pasar. Bila
musim kemarau, omzetnya cukup lumayan. Bahkan bisa mengalahkan penghasilan
orang-orang kantoran yang menerima gaji setiap bulan. Tapi di musim penghujan
seperti ini, omzet menjadi kurang menentu. Karena setiap hari selalu hujan.
Mana
mungkin orang-orang sering minum es di musim penghujan. Praktis jualan dipasar
hanya setengah hari saja. Karena biasanya begitu waktu menunjukkan pukul 12
siang, langit sudah mendung. Dan hujanpun turun.
Itu
masih mending, dibandingkan bulan Desember-Januari. Dimana terjadi
puncak-puncaknya musim hujan. Dari pagi sampai sore hujan turun tiada henti.
Tidak mungkin jualan es ditengah air hujan yang deras mengalir. Di musim
paceklik inilah, waktunya menguras tabungan sampai tandas, tas…tas….
Saya
cukup prihatin dengan masalahnya. Ingin membantu secara materi, tapi gak bisa.
Akhirnya saya menganjurkan dia untuk mengikuti jejak kakak saya yang lain.
Mengikuti program Kredit Tanpa Agunan
dari Bank Mandiri. Dua tahun
lalu, kakak saya yang hanya seorang pedagang warteg, bisa mewujudkan impiannya
mempunyai rumah lewat program KTA. Bulan depan bahkan sudah
memasuki tahap kedua pembangunan rumahnya. Semua berkat program KTA
yang dapat dicicil dengan program cicilan harian.
Mandiri
Kredit Tanpa Agunan adalah kredit perorangan tanpa
agunan dari Bank Mandiri untuk berbagai keperluan, yang diberikan kepada calon
debitur yang memenuhi persyaratan. Kelebihan KTA adalah :
- Tanpa Agunan
- Cicilan Ringan
- Limit kredit sampai dengan Rp. 200 juta
- Jangka waktu kredit disediakan dalam 5 pilihan
- Perlindungan Asuransi Jiwa
Syarat-syarat untuk mengikuti program KTA adalah sbb :
- Warga Negara Indonesia (WNI) & berdomisili di Indonesia
- Umur minimum 21 tahun & maksimum 55 tahun (pada saat kredit lunas)
- Memiliki pekerjaan / penghasilan tetap per bulan minimal: Rp. 2,5 juta (Jabodetabek - Bandung)
- Memiliki pekerjaan / penghasilan tetap per bulan minimal: Rp. 2 juta (diluar Jabodetabek - Bandung)
- Limit kredit maksimal 5 kali gaji (Rp.5 juta s/d. Rp. 200 juta)
Persyaratan dokumen yang diperlukan pun tidak ribet cukup dengan :
Jenis Dokumen
|
Pegawai
|
Profesional/
Wiraswasta |
|
Slip Gaji
|
Kartu Kredit
|
||
Asli Formulir Aplikasi diisi lengkap
|
√
|
√
|
√
|
Copy KTP Pemohon
|
√
|
√
|
√
|
Asli/Salinan Slip Gaji
|
√
|
||
Copy Surat
Ijin Praktek / Ijin Profesi (Professional) / SIUP
|
√
|
||
Asli Rekening Koran / Copy Rekening Tabungan
|
√
|
√
|
|
Copy Kartu Kredit (depan belakang) dan asli Tagihan 1
bulan terakhir
|
√
|
√
|
|
Untuk Pinjaman
diatas Rp 50 juta
|
|||
Copy NPWP / SPT
|
√
|
√
|
√
|
" Tapi saya bukan pegawai Kang! Penghasilanpun selalu pasang surut pada saat-saat tertentu. Pasti tak akan disetujui kreditnya “
Kekhawatiran sepupu saya
cukup beralasan. Bagi orang awam seperti dia, pengetahuan mengenai Perbankan
masih minim. Saya menganjurkannya untuk bertemu ‘konsultan keuangan’ dari Bank Mandiri
yang memuluskan rencana masa depan kakak saya dulu. Bila bercerita dengannya,
pasti ada solusi untuk masalah keuangan yang dihadapinya. Diapun setuju.
Sejauh yang saya tahu, Bank Mandiri banyak
mengeluarkan produk-produk perbankan yang inovatif untuk nasabahnya. Seperti Mandiri
Tabungan Berencana, Mandiri KPR,
Mandiri Tabungan, Mandiri KTA dan Mandiri
Kartu Kredit. Semua produk perbankan itu cukup efektif untuk memanjakan
penggunanya. Tinggal memilih saja, Mana yang sesuai dengan kebutuhan
penggunanya.
Tiga minggu kemudian
sepupu saya kembali mengundang kami untuk makan-makan dirumahnya. Sambil
berteriak kegirangan, dia menyambut saya di depan pintu rumah barunya. Rumahnya
hampir 90 persen rampung. Wajahnya terlihat gembira.