Titik ujung korupsi
adalah KLEPTOKRASI, yang arti harafiahnya: pemerintahan oleh
para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
(Wikipedia).
Ada yang menarik saat kakak saya membangun rumah di sebuah kota
kecamatan. Jaraknya sekitar 30 KM dari kota Bandung ke arah timur. Begitu
bangunan mencapai 50 persen, kakak saya didatangi seseorang. Mengajak ngobrol
dan ujung-ujungnya menawarkan jasa pengurusan saluran listrik.
“ Biar tak repot
dan cepat nyala “ Katanya.
Kakak
saya menolak. Kantor PLN
hanya 3 KM dari rumahnya. Ngapain pake jasa
calo. Mending ngurus sendiri. Lagi pula di beberapa tempat bisa
dilakukan secara on-line.
Biayanyapun lebih hemat. Kalau mesti menunggu giliran, itu wajar. Pasti bukan
cuma dirinya yang mau masang saluran listrik.
Singkat
kata, kakak saya pun mengunjungi kantor PLN sebelum pergi
bekerja. Berhubung kantornya masih tutup, diapun menunggu. Ternyata di kantor PLN pun tak luput
dari arena bermain para calo. Buktinya ada beberapa orang yang menghampiri
kakak saya untuk membantu mengurus pendaftaran.
Untuk
kedua kalinya kakak saya menolak. Namun ada calo yang mengatasnamakan “orang dalam”.
“Sudah biasa…”
katanya. Namun kakak saya tetap menolak. Sudah datang ke kantor PLN juga. Mengapa
mesti mengupah orang lain.
Ketika mengurus pendaftaran pelanggan. Ternyata cukup mudah.
Biayanya pun beda jauh dengan yang ditawarkan para calo.
Pengalaman
kakak saya diatas memang menjadi sangat ironi. Entah benar atau tidak yang
dikatakan para calo, bahwa mereka ‘dibekingi’ orang
dalam. Tapi terlepas dari benar tidaknya, sudah seharusnya hal ini menjadi
perhatian PLN.
Mungkin ada pihak-pihak luar yang memanfaatkan situasi. Memanfaatkan kedekatan
para calo itu dengan petugas PLN.
Karena ternyata,
mereka ada yang mengaku, kerabat, sahabat, atau tetangga petugas PLN.
Untuk
urusan ‘Birokratis’ sebagian rakyat Indonesia memang terkenal malas. Maunya instan. Tak sudi mengantri dan ditanya
ini-itu. Budaya feodalism..? Bisa jadi. Mungkin karena stigma negatif
birokrasi. Semua setuju kalau menyangkut birokrasi pasti berbelit-belit.
Ditambah kabar burung yang beredar. Bisa jadi, sengaja dipolitisasi para calo
untuk menjerat mangsa.
Perlu
dicari formula tersendiri untuk meng-edukasi
masyarakat supaya tidak menggunakan jasa calo. Pendaftaran on-line sudah
membantu. Namun sikap re-aktif dari PLN
sendiri yang masih kurang. Alangkah sangat membahagiakan jika ada kepastian
eksekusi setelah calon pelanggan mendaftar dan menyelesaikan pendaftaran. Hal
ini akan memudahkan semua pihak. Tak akan terjadi transaksi kolusi. Dan PLN tak dipusingkan
dengan omelan pelanggan.
Untuk
di daerah-daerah, sosialisasi agenda PLN
terasa kurang informatif. Pengguna internet masih terbatas. Mereka tak tahu dan
gaptek masalah teknologi. Alangkah hebatnya kalau saat ada sosialisasi apapun,
dapat berbentuk poster yang bisa dijumpai di kantor-kantor RT/RW. Bukan hanya
lewat iklan Televisi dan dunia maya. Meski sebagian besar masyarakat punya
pesawat Televisi, tapi untuk urusan menyimak informasi birokratis masih rendah.
Dikalahkan siaran sinetron dan infotainment.
Untuk
Korporasi besar sekelas PLN,
tentu sudah tak masalah dengan Sistem. Pasti PLN mempunyai
Sistem manajemen perusahaan terbaik. Yang menjadi anggota koloninyapun bukan
orang-orang sembarangan. Karena dihuni SDM mumpuni dan berdedikasi tinggi. Yang
perlu sedikit ‘disentil’
hanya masalah mental. Ditengah hedonisme dunia, siapapun mudah tergoda dengan
bujukan. Makanya diperlukan mental yang benar-benar imun terhadap virus corrupt. Caranya…? PLN pasti punya
system khusus untuk menanggulanginya.
Menjadikan
suatu Korporasi yang benar-benar bersih, sangat tidak mudah. Salah satu
kendalanya adalah godaan dari luar korporasi. Contohnya seperti pengalaman di
awal tadi. Bayangkan jika ‘tragedi kolusi’ seperti
itu dialami seratus pelanggan setiap hari di satu kantor PLN. Kalau rata-rata
‘sang oknum’ mendapat seratus ribu dari satu pelanggan. Berapa
banyak yang didapatnya setiap hari. Bahkan menurut sang calo. Hasil ‘tragedi kolusi’
itu dibagikan pada seluruh staf yang bertugas. Kolusi berjamaah….? Mengerikan….
Memulai proses pembersihan tak dapat dilakukan
hanya dari atas. Bisa jadi kalau semua ditelusuri, transaksi fantastis justru ditemukan
dikalangan bawah. Lawong faktanya sudah terang benderang. Hanya, kolusi yang
terjadi diantara para kroco dilakukan secara bancakan. Bukan dilakukan orang
per orang. Kalau ada kesempatan, pasti mereka juga akan melakukannya. Semua
terjadi karena bentukan mental yang salah besar.
Pada waktu masuk menjadi karyawan baru, mungkin idealisme masih
bersih. Tapi begitu bergaul dengan koloni lama. Satu per satu virus mulai
menjangkiti. Biasanya dimulai dari tips
sederhana saat melayani pelanggan sebagai tanda ucapan terima kasih. Lama-lama
terbiasa. Lalu ketagihan. Selanjutnya marah-marah kalau pelanggan hanya
mengucap terima kasih.
Bisa juga disebabkan karena ketimpangan penghasilan karyawan.
Seperti yang dikemukakan J.W Schoorl (Sumber buku "Pemberantasan Korupsi karya Andi
Hamzah, 2007) "di Indonesia, di
bagian pertama tahun 1960, situasi begitu merosot sehingga untuk sebagian besar
golongan dari pegawai, gaji sebulan hanya sekadar cukup untuk makan selama dua
minggu. Dapat dipahami bahwa dalam situasi demikian memaksa para pegawai
mencari tambahan dan banyak diantaranya mereka mendapatkan dengan
meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan".
Di
beberapa Bank swasta, ada poster yang berisi larangan nasabah memberikan tips
atau ucapan terima kasih berbentuk uang. Dan para petugas itupun langsung menolak
tegas bila ada nasabah yang memberi tips. Tapi ada pula nasabah nakal. Mereka
tetap memberi tips lewat cara lain. ‘Transfer pulsa’. Pura-pura
meminta nomor telpon petugas. Tahu-tahu ada sms dari nasabah yang menyatakan
sudah mengirim pulsa berikut ucapan basa-basi terima kasih. Bila sudah begini,
si petugas tak bisa apa-apa. Mau tak mau di kemudian hari, dia memberikan
layanan prioritas atas nama balas budi.
Jadi…
Tekanan dari luar Korporasi memang terlalu kuat. Makanya yang paling penting
adalah pembenahan mentality anggota koloni. Sudah siapkah.. PLN
?
Oke banget tulisannya, salut aja deh, moga menang, doain aku juga ya, hehehehehe
ReplyDeletehttp://tokoalhafizah.blogspot.com
Siipp...
Delete