Judul | : | Untuk Sang Pengembara | |
Penulis | : | D.K Sumirta | |
No ISBN | : | 978-602-169-525-8 | |
Kategori | : | Fiksi Keluarga | |
Cover | : | Art Carton | |
Isi | : | 408 halm | |
Ukuran | : | 15.50 x 24.00 | |
Berat | : | 400 gr | |
Harga | : | Rp 73.000,00 | |
Diskon | : | 15 % | |
Harga Netto | : | Rp 62.050,00 |
“ Bukan karena
saya tak lagi menyimpan perasaan untukmu. Bila di kemudian hari, belum tentu menyisakan
tangis kala merinduimu. Seperti mencoba menggenggam angin. Ini sangat
menyebalkan. Tidak peduli, siapa nantinya yang kau pilih. Dia atau saya. Karena
pada akhirnya, semua itu akan tetap hancur “
Pulau Babi…sebuah
pulau kecil di utara Maumere. Disana berdampingan dua dusun berbeda keyakinan. Warga
muslim di dusun Batter, dan warga Nasrani di dusun Pagaraman. Keduanya saling menyentuh
dalam damai pasir pantai.
Hingga
terjadi bencana gempa dan tsunami tahun 1992. Pulau Babi tenggelam. Memaksa
kehidupan berputar haluan. Termasuk jalan hidup kakak beradik, Ela, Ujmi dan
Liya. Gadis-gadis belia keturunan Bajo. Mereka tak lagi menemukan kehidupan
yang sederhana. Meskipun selamat dari bencana.
Bersama
Abbas dan Isac, mereka menempuh alur nasib yang berliku. Hidup di pengungsian,
panti asuhan, hingga diadopsi keluarga berbeda. Konflik keyakinan harus ditempuh Ela, Ujmi dan Liya. Karena diadopsi
keluarga non muslim. Berbeda dengan Abbas yang diadopsi oleh tentara muslim
dari Surabaya. Isac punya konflik serupa meski dalam persepsi berbeda.
Saat
dewasa ketiganya seolah tersadarkan oleh masa lalu yang sebenarnya.
“ Tak ada sedikitpun keraguanku pada Islam.
Aku telah mempelajari Islam bertahun–tahun. Bila aku baru mengucapkan syahadat
saat Abi meninggal, itu hanyalah soal moment. “
Allah
mempertemukan mereka di Jakarta.
Ela telah menjadi seorang designer lingerie Hannah’s Secreet. Ujmi punya agency
modeling internasional. Nahliya menjadi model top yang memenangkan Miss Teen
Britania Raya. Isac menjadi pemain Persija. Dan Abbas seorang polisi berpangkat
Briptu.
“ Kami seakan kembali dari keterasingan ke
bumi yang beradab. Kerinduan yang bergelora belasan tahun ini serasa memecahkan
kepala. Semuanya seakan terhempas gelombang. Kerinduan menyakitkan itu telah
berhenti mengejarku.”
Konflik rumit kembali mereka hadapi di Jakarta. Sanggupkah mereka menghadapinya? Temukan jawabannya di dalam novel romantis bergaya elegan ini.