Friday, 12 December 2014
Monday, 1 December 2014
Wednesday, 17 September 2014
ADEAN KU KUDA BEUREUM
Adean ku kuda beureum |
Rika memegang surat tagihan kartu
kredit dengan tangan gemetar. Ini tagihan kartu kredit ke 3 yang sampai ke
tangannya pagi ini. Dua amplop tagihan sebelumnya sudah dibuka. Dan berhasil
membuatnya terlonjak kaget dengan deretan angka-angka yang tertera. Bagaimana
dengan yang ketiga ini? Pasti kisahnya akan serupa dengan yang tadi. Klimaknya
tentu akan kembali membuat matanya terbelalak.
Sejak menggunakan kartu kredit,
hidup Rika memang berubah total. Penampilannya bak sosialita kaya yang
berseliweran dengan barang-barang mewah. Setiap hari berganti-ganti busana
sesuai trend mode yang berlangsung. Apalagi bank-bank penyedia kartu kredit itu
seolah berlomba-lomba menawarkan beragam kemudahan bagi dirinya untuk
menggunakan kartu kredit yang mereka tawarkan. Hingga tanpa sadar, Rika
memiliki sepuluh kartu kredit dari berbagai bank.
Semula Rika tak begitu tergoda
untuk berbelanja. Niat awalnya hanya ingin gaya-gayaan, ketika membuka dompet
isinya kartu kredit semua. Namun setiap bulan selalu mampir berbagai bulletin
belanja di meja kerjanya. Lama-lama diapun tergiur untuk mencoba. Apalagi
banyak program discount dan cicilan 0% yang ditawarkan, hingga dirinya tak
kuasa menolak untuk tidak berbelanja. Ditambah lagi trend belanja on-line
sedang marak dimana-mana. Sejak itulah, hamper setiap hari ada kurir datang ke
rumah Rika mengirimkan barang belanjaan. Dan Rika pun cukup menggesekkan salah
satu kartu kreditnya. Dan semua urusan menjadi beres.
Tanpa sadar kegilaan belanja Rika
dimulai. Dari barang ece-ece yang tak penting hingga tas bermerk yang harganya
diluar jangkauan nalar. Tahu-tahu kesepuluh kartu kredit Rika over limit.
Seperti bulan ini, semua tabungannya habis. Bahkan dibulan-bulan berikutnya dia
harus gigit jari karena cuma membawa struk gaji ke rumah. Sementara uangnya
sudah habis untuk membayar cicilan.
Mau tak mau Rika terperosok
menjadi gadis credit card yang terlilit utang hingga ratusan juta. Dia tak
pernah mengerti, mengapa punya utang yang demikian besar. Utang sedemikian
besar itu hanya berbentuk barang ece-ece yang tertumpuk begitu saja di dalam
kamar. Kehidupannya jadi mirip gadis-gadis Cheomdangdong di Korea. Mereka rela
hanya makan mi instan setiap hari. Demi gaya hidup mewah yang membungkus
tubuhnya saat ke luar rumah. Walaupun semua yang dipakainya hanya barang
kreditan.
Orang-orang jaman dulu ternyata
begitu cerdas. Menciptakan peribahasa sederhana namun memiliki arti yang sangat
dalam. Mungkin juga tren memuaskan nafsu untuk tampil mentereng sudah ada sejak
jaman nenek moyang. Hanya belum ada penelitian secara khusus. Mengapa muncul
peribahasa yang efeknya masih up to date hingga abad 21. Bahkan di jaman serba
instan sekarang ini, peribahasa ‘Adean Ku Kuda Beureum’ seolah menemukan bentuk
yang menakjubkan.
Tak hanya kalangan bawah yang
terlilit utang. Kalangan ataspun, yang katanya ‘orang kaya’ tak luput dari utang.
Bahkan ada yang bilang kalau ‘tak ada manusia di muka bumi yang tak punya utang’.
Memang menyeramkan. Namun itulah kenyataan yang berlaku sekarang.
Kalau dulu, urusan ber-pamer-ria
selalu berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya untuk kesenangan. Misalnya
perempuan yang berdandan heboh ketika kondangan. Namun saat ini, untuk urusan ritual
keagamaanpun tak luput dari sentuhan pamer. Kelompok pengajian yang
berlomba-lomba tampil heboh saat menghadiri tausiyah, contohnya. Apalagi ketika
berkesempatan tampil di layar televisi. Bisa dipastikan mereka tampil dengan busana
glamour dan perhiasan yang berkilauan. Tak pernah ada yang tampil seadanya
dengan busana sederhana. Bahkan banyak diantaranya yang berusaha keras untuk
tampil seperti artis-artis. Mungkin saja diantara mereka ada yang tampil ‘Adean
Ku Kuda Beureum’. Karena semua barang yang dipakainya dibiayai dari hasil
kreditan.
“Tulisanini disertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati”
Subscribe to:
Posts (Atom)